REPUBLIKA.CO.ID, Hijab bagi masyarakat Barat non-Muslim dipandang sebagai hal yang aneh, bahkan menakutkan menurut sebagian kalangan.
Tapi apa jadinya jika para wanita non-Muslim ditantang mengenakan hijab atau jilbab yang selama ini mereka takuti?
Berikut ini sejumlah respons sejumlah wanita non-Muslim usai mengenakan hijab, sebagaimana dirangkum Republika.co.id dari dokumentasi Harian Republika yang tayang pada 2013 lalu.
Jess Rhodes, misalnya. Dia merasakan pengalaman pertamanya berjilbab. Ia menyambar kesempatan dari teman Muslimahnya untuk mengenakannya. Ini bak gayung bersambut. Meski non-Muslim, sudah lama ia berharap bisa memakai busana itu. ‘’Karena tak mahir, saya memakai jilbab sepotong, tinggal menariknya melalui kepala,’’ katanya seperti dikutip BBC.
Mahasiswi dari Norwich, Inggris, tersebut mengatakan, tak perlu dulu menjadi Muslimah. Namun jelas, jilbab berhubungan dengan ajaran Islam. Bagi Rhodes, jilbab merupakan persoalan kesantunan berpakaian. Ia bagian dari ratusan non-Muslim pada 1 Februari 2013 yang berpartisipasi dalam Hari Hijab Dunia. Ini perayaan tahunan.
Rhodes kembali menggunakan tekniknya dalam memakai jilbab yang sebelumnya pernah ia lakukan. Hari Hijab Dunia diinisiasi Muslimah New York, AS Nazma Khan. Ia memperkenalkan gerakannya melalui media jejaring sosial. Tak heran bila jangkauannya seantero dunia. Gerakan ini menarik minat, baik Muslim maupun non-Muslim, pada lebih 50 negara.
"Orang tua saya bereaksi dengan bertanya apakah itu ide yang baik,’’ kata Rhodes. Ia tak mengatakan kapan itu terjadi. Hal yang jelas, ia memutuskan berjilbab selama sebulan. Ia mengungkapkan, orang tuanya sempat khawatir dan perasaan itu ia alami pula. Sebab, bisa jadi di jalan ia diserang oleh mereka yang tak toleran.
Disclaimer: Semua artikel di kanal Sindikasi ini berasal dari mitra-mitra Viva Networks. Isi berita dan foto pada artikel tersebut di luar tanggung jawab Viva Networks.