Sahijab – Dakwah di tempat yang dikenal masyarakat luas sebagai lokasi maksiat, tentu menjadi tantangan tersendiri. Itu pula yang dialami penceramah nyentrik asal Kota Yogyakarta, Gus Mifah. Tidak tanggung-tanggung, ia memilih berdakwah di lokalisasi.
Namun, dai yang memakai blangkon ini mempunyai alasan khusus, mengapa ia memutuskan berdakwah di tempat tersebut.
Baca juga: Bisakah Ibadah Sedekah dan Kurban Disamakan?
Selan itu, ia juga menerapkan cara khusus, berbeda dengan ketika dia berdakwah kepada masyarakat umum.
“Saya sampaikan kepada mereka, hari ini yang meninggalkan full larangan dan menjalankan perintah itu jarang, saya pun barangkali belum bisa,” katanya, seperti dikutip Sahijab dalam program Ngobrol Pintar (NGOPI) di TV MUI yang dipandu KH Cholil Nafis.
“Tingkatan kedua, kalau kamu masih belum bisa meninggalkan larangan, jangan sekali-kali meninggalkan perintah. Jadi, keburukan meskipun masih dilakukan, tetapi kebaikan jangan ditinggalkan sama sekali,” tambahnya.
Melalui jalan seperti itu, Gus Miftah ingin mengajak pelaku industri tersebut, tetap mengingat Allah, bagaimanapun kondisinya. Di dunia malam, ia mengaku juga tidak mengajarkan tentang halal-haram, karena yang seperti itu tentu sudah dipahami mereka.