Nenek Tukiyem pun diusir dan dikirim ke panti jompo. Namun, Nenek Tukiyem pulang lagi dengan jalan kaki sejauh 30 Km. "Lalu saya dibiarkan tinggal tanpa diberi makan hingga akhirnya kelaparan dan meminta bantuan kepada Pak RT yang baik hati itu," ungkap Nenek Tukiyem.
Ia mengaku sangat bahagia Pak RT mau mengantarkannya ke pesantren. “Umurku iki wis tuwo kok yo ora ndang dipundut Pengeran yo (Umurku ini sudah tua tapi kok tidak segera dipanggil Allah),” katanya dengan nada jenaka tapi menyimpan pedih.
Winarno juga sempat mengajak Nenek Tukiyem berbincang. Winarno menangkap keputusasaan Nenek Tukiyem dari kalimat yang diucapkannya. “Nyawa itu milik Allah. Mau kapan diambil ya terserah Allah,” kata Winarno berusaha menghibur. “Memang Mbah siap jika besok dipanggil Malaikat Izrail?"
Nenek Tukiyem tak langsung menjawab. Tatapannya menerawang kosong seperti mencari jawaban. “Memangnya apa lagi yang mesti kutunggu?" jawab Nenek Tukiyem.
“Maksud saya, apa Mbah Tukiyem sudah punya bekal buat sangu ke akhirat?” timpal Winarno.
Disclaimer: Semua artikel di kanal Sindikasi ini berasal dari mitra-mitra Viva Networks. Isi berita dan foto pada artikel tersebut di luar tanggung jawab Viva Networks.