Di perguruan tinggi, Helena mulai berpikir tentang arti kehidupannya, membuat filosofi sendiri. Ia yakin suatu bentuk kekuatan menciptakan segalanya tetapi ia tidak dapat mengatakan itu adalah Tuhan.
"Tuhan bagi saya adalah citra seorang lelaki tua dengan janggut putih panjang dan saya tahu seorang lelaki tua tidak mungkin menciptakan alam semesta! Saya percaya pada kehidupan setelah kematian karena saya tidak bisa percaya keadilan tidak akan ditegakkan," ujarnya.
Helena mengaku percaya segala sesuatu terjadi karena suatu alasan. Selama ini ia merasa dibodohi jika mempercayai teori Darwin. Ia juga merasa tertekan apabila memikirkan arti hidup dan merasa hidup ini seperti penjara.
Disclaimer: Semua artikel di kanal Sindikasi ini berasal dari mitra-mitra Viva Networks. Isi berita dan foto pada artikel tersebut di luar tanggung jawab Viva Networks.