_Zaskia Adya Mecca berbagi pengalaman menegangkan saat mengikuti aksi Global March to Gaza, termasuk tantangan berat dan situasi mencekam di Kairo._
Aktris Zaskia Adya Mecca baru-baru ini membagikan pengalaman pribadinya saat mengikuti aksi Global March to Gaza. Aksi ini bertujuan untuk menyerukan pembukaan akses bantuan kemanusiaan tanpa syarat ke Gaza, menghentikan agresi militer Israel, menarik pasukan Israel dari wilayah Gaza, dan mengakhiri penjajahan Palestina. Zaskia mengikuti aksi ini bersama sejumlah figur publik lainnya, seperti Wanda Hamidah, Ratna Galih, Hamidah Rachmayanti, Indadari, dan Irfan Farhad.
Zaskia menjelaskan bahwa mereka bergabung secara resmi sebagai peserta dari kontingen Malaysia karena pendaftaran perwakilan Indonesia telah ditutup. "Kami sign up sebagai peserta secara resmi, under kontingen dari Malaysia. Krn telat daftar, jadi sudah tidak bisa tambah perwakilan utama atas nama Indonesia. Ga masalah, selama bisa terlibat di long march," tulisnya di Instagram.
Meskipun semua dokumen dan pengarahan dari panitia disampaikan dengan jelas, peserta menyadari bahwa aksi ini memiliki risiko tinggi. Panitia masih melakukan negosiasi intensif dengan pemerintah Mesir, yang membuat situasi menjadi semakin tegang.
Setibanya di Kairo, Mesir, situasi mulai terasa mencekam. Zaskia menyaksikan langsung sejumlah peserta dari negara lain dideportasi, terutama dari Eropa. "Di airport, ku melihat teman-teman dari negara lain di deportasi, terutama dari Eropa. Baca grup long march, sudah banyak aktivis yang ditangkap, ada yang ditahan tapi juga ada yang dipulangkan," ujarnya.
Meski demikian, proses imigrasi yang dilalui Zaskia dan rombongan berjalan lancar. Namun, ketegangan meningkat saat tiba di hotel. "Sampai di hotel malam-malam, vibenya udah nggak enak. Ada polisi yang langsung mencatat semua paspor dan berbicara serius sambil melihat kami dengan staff hotel," ceritanya.
Ketegangan memuncak saat pukul 7 pagi, tiga mobil polisi datang ke hotel untuk melakukan penyisiran. "4 bule dibawa dengan mobil polisi, dan kami yang bernegosiasi," tulis Zaskia. Sayangnya, kondisi mereka semakin sulit karena pengawasan ketat dari aparat. Pasukan pengamanan telah disiapkan untuk mereka.
"Situasi kami lebih sulit, seolah terkunci untuk bergerak. Karena sekitar 20 polisi, intel, mobil polisi bahkan mobil tahanan siap di depan bus, khusus disiapkan untuk kami ber-10," tutup Zaskia.
Aksi Global March to Gaza ini menunjukkan betapa kompleksnya isu kemanusiaan di wilayah tersebut. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Zaskia dan rekan-rekannya tetap berkomitmen untuk menyuarakan keadilan dan kemanusiaan bagi rakyat Gaza.