Sahijab – Salah satu kewajiban anak adalah berbakti pada orang tuanya. Sebab, jika orang tua sakit hati lalu mendoakan yang buruk pada anaknya, Allah SWT bisa mengabulkan doa tersebut. Berbuat baik dan memuliakan orang tua juga salah satu adab dalam Islam.
Nabi Muhammad SAW mengatakan ada tiga doa yang pasti terkabul, doa buruk orangtua kepada anaknya, doanya musafir, dan doanya orang yang terdzalimi. (HR. Tirmidzi)
Soal doa buruk orang tua kepada anaknya, Rasulullah membuktikannya. Ada sebuah kisah nyata yang membuktikan hal tersebut. Kisah ini terjadi pada Juraij, seorang alim yang mendapat kejadian buruk karena doa ibunya. Ibunda Juraij merasa sakit hati karena anaknya lebih mementingkan sholat ketimbang menjawab panggilannya.
Doa buruk ibu Juraij membuat anaknya tertimpa fitnah yang mengerikan. Kisah tersebut diriwayatkan oleh Abu Hurairah sebagai berikut:
”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak ada bayi yang dapat berbicara dalam buaian kecuali Isa bin Maryam dan (bayi di masa) Juraij” Lalu ada yang bertanya, ”Wahai Rasulullah siapakah Juraij?” Beliau lalu menuturkan kisah, ”Juraij adalah seorang rahib yang berdiam diri pada rumah peribadatannya (yang terletak di dataran gunung). Di sekitar tempat tinggal Juraij, ada seorang penggembala yang menggembalakan sapinya di lereng gunung tempat peribadatannya. Dan ada juga seorang perempuan dari suatu desa menemui penggembala itu, dan berzina dengan si penggembala.
Juraij rajin beribadah, dan banyak menghabiskan waktunya untuk sholat dan ibadah yang lain. Suatu ketika, ibu Juraij datang dan memanggil anaknya. Saat itu Juraij sholat. ”Wahai Juraij.” Juraij lalu bertanya dalam hatinya, ”Apakah aku harus memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan sholatku?” Tapi akhirnya Juraij memilih mengutamakan sholatnya. Ibunya lalu memanggil untuk yang kedua kalinya. Juraij kembali bertanya di dalam hati, ”Ibuku atau sholatku?” Tapi lagi-lagi dia memilih mengutamakan sholatnya. Ibunya kembali memanggil untuk kali ketiga. Juraij bertanya lagi dalam hatinya, ”lbuku atau sholatku?” Dan akhirnya ia tetap mengutamakan sholatnya. Ibu Juraij akhirnya berhenti memanggil anaknya tersebut. Tapi kemudian ia berdoa, “Semoga Allah tidak mewafatkanmu, wahai Juraij sampai wajahmu dipertontonkan di depan para pelacur.” Setelah itu sang ibu pergi meninggalkannya.