Sahijab – Ilmu pengetahuan telah lama menetapkan bahwa otak bukanlah organ statis.
Otak terus berubah dan beradaptasi sepanjang hidup kita, merespons berbagai peristiwa melalui proses yang disebut neuroplastisitas.
Kini, penelitian terbaru mengungkap bahwa fenomena ini sangat relevan pada otak wanita, yang mengalami perubahan besar selama tiga fase utama kehidupan: pubertas, kehamilan, dan perimenopause.
Ketiga transisi ini seringkali menjadi bahan lelucon dalam budaya populer.
Mulai dari remaja yang murung dan suka mengambil risiko, ibu hamil yang linglung hingga wanita paruh baya yang mengalami gejolak hormon.
Namun, di balik stereotip ini, tersembunyi perubahan besar yang terjadi di dalam, yang sebagian besar dipengaruhi oleh fluktuasi hormon terhadap otak.
Ahli saraf kognitif Laura Pritschet, peneliti postdoktoral di Departemen Psikiatri Universitas Pennsylvania, tertarik meneliti bagaimana hormon wanita memengaruhi organisasi dan fungsi otak.
"Saya tertarik dengan betapa rumitnya jaringan otak yang memungkinkan kita memiliki kepribadian atau mengingat sesuatu," ungkap Pritschet kepada Dr. Sanjay Gupta dalam podcast-nya, Chasing Life. "Di saat yang sama, saya melihat banyak wanita menopause mengeluhkan gangguan kognitif dan masalah perhatian. Saya pikir kita perlu menghubungkan keduanya."
Pritschet bahkan rela menjadi "kelinci percobaan" saat S2. Ia menjalani pemindaian otak dan pengambilan sampel darah selama 30 hari, melintasi dua siklus reproduksi penuh (dengan dan tanpa pil KB), untuk memahami bagaimana fluktuasi hormon harian berkaitan dengan perubahan otak harian.
Sekitar waktu itu, peneliti lain mulai mempelajari perubahan otak selama kehamilan, membandingkan kondisi otak sebelum dan sesudah kehamilan.
Mereka menemukan banyak perubahan, tetapi pendekatan "snapshot" penelitian tersebut meninggalkan banyak pertanyaan.
"Jika terjadi penurunan 3 hingga 5% pada volume materi abu-abu otak, kapan hal itu terjadi selama kehamilan, dan bagaimana prosesnya?" tanya Pritschet. "Kita melewatkan banyak celah besar dalam metamorfosis ini.
"Kita tahu bahwa kehamilan selama 40 minggu menyebabkan berbagai adaptasi tubuh untuk mendukung perkembangan janin: volume plasma meningkat, fungsi imun berubah, laju metabolisme meningkat, konsumsi oksigen meningkat," jelasnya. "Seperti apa jalur perubahan ini sepanjang kehamilan?"
Untuk menjawabnya, Pritschet dan timnya melacak perubahan otak pada seorang wanita, menggunakan MRI dan pengambilan sampel darah, mulai dari sebelum pembuahan (melalui program fertilisasi), selama kehamilan, hingga dua tahun setelah melahirkan.
Temuan mereka, yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Neuroscience pada September, memberikan wawasan baru tentang kompleksitas perubahan otak wanita.
Implikasi Penting untuk Kesehatan Wanita
Penelitian ini menyoroti pentingnya memahami perubahan otak wanita sepanjang hidup.
Dengan pemahaman yang lebih baik, kita dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk mendukung kesehatan mental dan kognitif wanita di setiap fase kehidupan.
Jangan anggap remeh perubahan hormon, karena dampaknya terhadap otak sangat signifikan!