• Photo :
        • Ilustrasi kiamat.,
        Ilustrasi kiamat.

      Sahijab – Peristiwa pada hari kiamat digambarkan Alquran dan hadist, sangat mengerikan bagi semua makhluk di dunia, terutama manusia.

      Namun, tidak ada yang tahu kapan kiamat akan terjadi. Tetapi yang pasti, kondisi umat manusia ketika itu menghadapi dahsyatnya kiamat.  

      Mata manusia akan terbelalak, kala Hari Kiamat tiba. Bulan tak lagi memperlihatkan cahayanya. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Qiyamah ayat 7-9: 

      فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ وَخَسَفَ الْقَمَرُ 

      "Maka apabila mata terbelalak (ketakutan). Dan apabila bulan telah hilang cahayanya. Dan matahari dan bulan dikumpulkan." 

      "Mungkin, saat itu orang-orang yang mengingkarinya, baru benar-benar percaya dan ia benar-benar menyesal. Bahkan, ia pun kebingungan apa yang harus dilakukannya," kata Dr Saiful Bahri, MA, alumnus doktor jurusan tafsir dan ilmu-ilmu Alquran Universitas Al-Azhar Kairo, yang menjelaskan tafsir surat Al-Qiyamah, seperti dikutip Sahijab dari Republika.co.id.   

      يَقُولُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ كَلَّا لَا وَزَرَ 

      "Pada hari itu manusia berkata, "Ke mana tempat berlari? Sekali-kali tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmulah pada hari itu tempat kembali." (QS Al-Qiyamah: 10-12)

      Baca juga: Sholat, Amalan Pertama yang Dihisab di Hari Kiamat

      Saiful menjelaskan, di Hari Kiamat itu berlari sejauh-jauhnya pun sudah tidak ada artinya dan tidak bisa membantu menyelamatkan orang-orang yang ingkar Hari Kiamat. Tidak ada tempat persembunyian yang benar-benar bisa dijadikan tempat berlindung. 

      "Pada hari itu diberikan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. Bahkan, manusia itu menjadi saksi atas dirinya. Meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya". (QS 75: 13-15)

      Di hari pengadilan itu, tidak ada seorang pun yang bisa memungkiri dirinya sendiri karena seluruh anggota tubuhnya menjadi saksi atas segala sesuatu yang diperbuatnya. Lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas apa yang dulu dikerjakan mereka.

      Alasan apa pun, lanjut Saiful, juga tidak akan mampu meringankan keputusan Allah SWT. Sebab, pada dasarnya, manusia suka beralasan demi menutupi kesalahan maupun keburukan yang telah dilakukan. Padahal, Allah SWT sudah memberikan akal kepada manusia untuk berpikir dan hati untuk membuat pertimbangan.

      Al-Hakim at-Tirmidzi, dalam Nawadir al-Ushul fi Ma’rifai Ahadits ar-Rasul, menggambarkan Hari Kiamat sebagai hari di mana alasan tidak lagi berguna. Manusia telah dibekali bashirah, tetapi menjadi buta karena hawa nafsu. Dengan bashirah itu, manusia sebenarnya menyadari bahwa mereka tidak akan mampu mengingkari Tuhannya jika tidak tertutupi hawa nafsu.

      Baca juga: 4 Tanda-tanda Kiamat Kecil Menurut Hadits Nabi

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan