• Photo :
        • Umat Muslim di Prancis,
        Umat Muslim di Prancis

      Rasulullah SAW masuk dalam kelompok Power ini. Namun, sebagian umatnya, masuk dalam kelompok Force, di antara cirinya: tidak bisa memaafkan diri sendiri atas kejadian masa lalu. Punya tendensi destruktif, menyalahkan orang lain atau lingkungan sekitar (keadaan).
       
      Dengan kata lain, dari hasil riset Hawkins, Rasulullah SAW yang berada di skala Power berhadapan dengan sebagian umatnya, umat Islam, yang berada di skala Force. Sehingga, dengan skala Hawkins ini, kita dengan mudah dapat membacanya dalam masalah respons karikatur Rasulullah SAW yang sedang terjadi.

      Ada umat Islam yang merespons bersama skala Rasulullah SAW (skala Power), yaitu penuh pengampunan dan ada umat Islam yang merespons bersama skala hasil pikirannya sendiri (skala Force), yaitu penuh dengan tendensi destruktrif, bahkan bertindak tanpa belas kasih dan pengampunan. 

      Contoh skala Rasulullah SAW, skala Power, yang penuh pengampunan adalah ketika Rasulullah SAW dengan cinta kasihnya terus menyuapi makan dari makanan yang dikunyah mulutnya sendiri kepada orang Yahudi tua yang buta yang terus menghina dan mencaci maki dirinya. Namun, Rasulullah SAW terus saja menyuapinya makan sampai Rasulullah SAW wafat.

      Sedangkan contoh skala hasil pikiran umat islam yang masuk dalam skala Force, terjadi di masa Rasulullah SAW masih hidup, yaitu seperti kasus seorang sahabat yang buta yang membunuh budak perempuannya karena budak perempuannya ini terus menerus menghina, mencaci maki Rasulullah SAW, padahal oleh tuannya, sahabat yang buta ini, dia sudah dingatkan untuk tidak berbuat seperti itu.

      Pada kasus sahabat buta yang membunuh budak perempuannya dan masuk skala Force ini, Rasulullah SAW tidak menyalahkannya. Karena, Rasulullah SAW tahu bahwa tingkat skala kesadaran di antara para sahabatnya, termasuk sahabat yang buta ini, masih di skala Force.

      Menurut Rakhmad Zailani, skala force adalah skala Jahiliyah. Sifat dan perbuatan kejahiliyahan, justru menjadi objek dakwah dari misi kenabian Rasulullah SAW. Dan, semua sahabat saat itu adalah para muallaf yang sedang dididik dengan penuh kesabaran oleh Rasulullah SAW yang sedang bertransformasi, hijrah dari skala kejahiliyahan, Force, menuju skala Power.

      Dan, Rasulullah SAW mendidik para sahabat bukan hanya dengan ucapkan, tetapi juga dengan keteladanannya. Para sahabat menyaksikan sendiri bagaimana keteladanan skala Power ditunjukkan Rasulullah SAW kepada penduduk Thaif yang menghina, bahkan menyakitinya secara verbal maupun fisik, dan ketika Rasulullah SAW memberi makan orang Yahudi buta yang terus menghina dan mencaci maki dirinya atau di saat Futuh Makkah.  

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan