_Europe on Screen 2025 berakhir dengan penobatan 3 pemenang film pendek dan pemutaran film emosional The Boy with Pink Pants, menyoroti isu perundungan dan kesehatan mental._
Europe on Screen (EoS) 2025 resmi ditutup pada Minggu (22/6/2025) di Jakarta dengan penuh apresiasi dan refleksi. Festival ini telah menjadi ajang penting bagi sineas muda Indonesia dan pencinta film Eropa. Acara penutupan diisi dengan pengumuman pemenang kompetisi pendanaan film pendek, Short Film Pitching Project (SFPP), serta pemutaran film Italia, The Boy with Pink Pants.
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Denis Chaibi, mengungkapkan rasa bangganya atas antusiasme masyarakat Indonesia terhadap festival tahun ini. "Ini adalah festival film terbesar dan terpanjang yang diselenggarakan Uni Eropa selama bertahun-tahun ini di Indonesia. Kami sangat bangga bisa melakukan hal ini," katanya dalam sambutan penutup. Denis juga menyoroti pentingnya keberagaman perspektif dalam dunia perfilman, dan memuji fakta bahwa lebih dari separuh film Eropa yang diputar disutradarai oleh perempuan.
Festival tahun ini sekaligus menjadi perayaan 25 tahun EoS di Indonesia. Sebanyak 55 film dari 27 negara Eropa diputar selama hampir dua minggu, membentangkan keragaman cerita, gaya visual, dan isu yang relevan dengan realitas sosial saat ini. Kompetisi SFPP kembali membuktikan dirinya sebagai platform penting bagi sineas muda Indonesia. Tahun ini, panitia menerima 367 proposal naskah film pendek, naik 86 persen dibanding tahun sebelumnya. Mayoritas dari sepuluh finalis berasal dari luar Jakarta dan luar Jawa, menandakan perluasan jangkauan dan semangat berkarya yang meluas ke berbagai wilayah.
Tiga naskah terbaik diumumkan malam itu. "Sang Penjaga" karya Sesarini dan Lyza Anggraheni dari Yogyakarta berhasil menyabet posisi juara pertama. Diikuti oleh "Pool Party" dari Aisyah Aulia dan Adrian Fauzi asal Jatinangor sebagai juara kedua, serta "In the Name of Me" oleh Teresa Katarina dan Jonathan Gradiyan dari Jakarta yang menduduki posisi ketiga. Ketiga proyek tersebut akan menerima dana produksi serta bimbingan dari Europe on Screen agar dapat diwujudkan menjadi film pendek berkualitas dan berpotensi tampil di berbagai festival film nasional maupun internasional.
Malam penutupan EoS 2025 juga diwarnai oleh pemutaran film asal Italia yang sangat menyentuh, The Boy with Pink Pants (2024), disutradarai oleh Margherita Ferri. Film ini terinspirasi dari kisah nyata Andrea Spezzacatena, seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun yang mengakhiri hidupnya setelah menjadi korban bullying dan cyberbullying. Andrea menjadi sasaran ejekan hanya karena mengenakan celana berwarna merah muda, yang muncul akibat kesalahan saat mencuci. Celana itu menjadi simbol perundungan seksual dan ejekan homofobik yang diterimanya di sekolah.
Tragedi Andrea menjadi kasus pertama di Italia yang menyita perhatian nasional soal pentingnya perlindungan terhadap anak dan isu kesehatan mental remaja. Film ini menceritakan keseharian Andrea, remaja cerdas dan penyanyi paduan suara yang hidup bersama ibunya pasca perceraian orang tua. Perundungan bermula saat Andrea memakai celana yang telah berubah warna menjadi pink, yang kemudian memicu komentar kejam dan pengucilan dari teman-temannya.
Tekanan semakin kuat ketika sebuah foto Andrea tersebar di media sosial disertai komentar menyakitkan. Teman-teman yang ia percaya justru mengkhianatinya, membuat Andrea merasa benar-benar sendirian. Film ini tidak menampilkan adegan bunuh diri secara eksplisit, namun membangun ketegangan emosional yang dalam hingga klimaks. Film ini diadaptasi dari buku karya Teresa Manes, ibu dari Andrea, yang juga menjadi konsultan utama dalam proses pembuatan film. Ia ingin kisah anaknya menjadi peringatan bagi orang tua, guru, dan masyarakat bahwa perundungan bukan hal sepele dan bisa membawa dampak fatal jika dibiarkan.
Margherita Ferri sebagai sutradara memutuskan untuk menggunakan pendekatan yang halus dan manusiawi, menghindari adegan eksplisit namun tetap menyentuh. Lagu tema "Canta Ancora" yang dinyanyikan Arisa menjadi kekuatan emosional film ini dan berkontribusi signifikan pada atmosfer yang diciptakan.
Europe on Screen 2025 telah berakhir dengan sukses, meninggalkan pesan kuat tentang pentingnya keberagaman, kesetaraan, dan kesadaran sosial dalam dunia perfilman.