Sebagai perempuan dan rekan-rekannya yang lain di RS Islam Pondok Kopi Jakarta Timur itu, kemudian harus bersiap-siap dengan peralatan lengkap. Yang dari awal hanya APD sederhana, kini oleh pihak rumah sakit diberi yang lebih safety.
Dalam kondisi pandemik, kerap kali pihaknya juga menghadapi beragam pasien. Sebagai seorang perempuan, Dr Iin mengatakan, tetap harus melayani segala macam jenis pasien yang berobat tersebut.
"Contohnya, kami menghadapi beberapa pasien paranoid, emosional, merasa diri paling gawat, sehingga membuat pernapasan sesak sampai pingsan," ceritanya.
Kecemasan pasti. Ia mengakui itu. Kekhawatiran akan ikut terpapar, mengingat tidak sedikit dokter dan tenaga medis yang turut menjadi korban, kerap membayangi dirinya dan seluruh tenaga medis yang ada. "Tetapi, ibarat musuh sudah di depan mata, tak ada waktu lagi untuk mengelak selain harus terus maju melayani," katanya.
Hingga kini, di Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah (RSMA) yang terlibat aktif dalam merawat pasien COVID-19 tercatat 576 dokter, 2.496 perawat dan 1.815 petugas pelaksana administrasi wanita yang menjalankan pelayanan kepada para pasien.
Peran 'Kartini' masa kini di tengah pandemik Covid-19 juga, tidak hanya di lingkungan rumah sakit. Bahkan, dalam pencegahan di tengah-tengah masyarakat. Penyemprotan disinfektan misalnya. Menggendong tabung yang berbobot untuk penyemprotan, tidak hanya dilakukan oleh laki-laki. Tetapi, perempuan juga ikut terjun.
Di antaranya, adalah Dewi dari MCCC Banten dan Winarni Santoso (Wiwin) dari Kabupaten Cilacap. Tak terhitung, keduanya menggendong tabung disinfektan itu mengelilingi berbagai tempat umum hingga amal usaha Muhammadiyah, untuk membasmi penyebaran virus tersebut.