“Jadi, Allah itu bisa mengelola. Sapi itu kan makanannya rumput. Di tubuh sapi itu ada darah, ada kotoran, tapi sapi bisa melahirkan susu,” jelasnya.
Menurut para ulama, sambung Gus Baha, apa pun rusaknya zaman, sebetulnya gesekan-gesekan di alam nyata ini mirip, seperti ada kotoran dan ada darah.
“Kalau kamu orang baik, pasti tetap jadi labanan khalishan (susu murni),” jelasnya.
Ia memberikan motivasi agar tidak putus asa, tanpa memandang zaman. Baginya, umat Islam harus tetap menjadi labanan khalishan (susu murni), meskipun berada di tengah-tengah mim baini fartsiw wa dami (antara kotoran dan darah).
“Itu bukti bahwa kita ndak boleh putus asa,” tegasnya.
Kiai yang sering tampil mengenakan peci hitam dan baju putih juga mengungkapkan kekhawatiran banyak orang bahwa zaman modern ini berbeda dengan zaman dahulu, khususnya zaman Wali Songo.