Sahijab – Dalam pergaulan dengan sesama umat manusia, maka berprasangka tak bisa dihindari. Kita sering kali terjebak menduga-duga alasan sikap seseorang.
Dari prasangka itu, berprasangka buruk paling berbahaya. Apalagi jika kita tak memiliki bukti yang kuat soal alasan perilaku seseorang yang kita terima.
Contoh sederhana, ketika ada teman berkumpul dan kita tak diajak serta, biasanya pikiran pertama adalah kita dilupakan, tak dianggap atau tak penting untuk mereka. Berprasangka buruk akan membuat kita jadi dendam, marah, tersinggung, dan tak terima. Tapi jika kita memilih berprasangka baik, biasanya hati akan jadi lebih tenang dan damai.
Pentingnya prasangka baik bahkan diingatkan oleh Allah SWT dalam Alquran. Dalam surat Alhujurat ayat 12, Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Wahai orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat : 12)
Baca juga: Tujuan Menikah Menurut Islam
Sementara melalui hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari, permintaan untuk menjauhi prasangka buruk juga disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW, sebagai berikut:
حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا
“Telah menceritakan kepada kami (Bisyr bin Muhammad) telah mengabarkan kepada kami (Abdullah) telah mengabarkan kepada kami (Ma’mar) dari (Hammam bin Munabbih) dari (Abu Hurairah) dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda : “Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta, janganlah kalian saling mendiamkan, janganlah suka mencari-cari isu, saling mendengki, saling membelakangi, serta saling membenci tetapi jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari)
Dalam hadist yang lain, Rasulullah Muhammad SAW juga bersabda :
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِ نَّ الظَّنَّ أَكْذَ بُ الْحَدِيْثِ
“Hati-hatilah kalian terhadap prasangka (buruk) karena prasangka (buruk) adalah perkataan yang paling dusta.” (HR. Muslim)
Dalam hadist yang lain Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya berprasangka baik:
وَلَا تَظُنَّنَّ بِكَلِمةٍ خَرَجَتْ مِنْ أَخِيكَ المُسْلِم إِلَّا خَيْرًا
“Sungguh, janganlah kamu menyangka terhadap kalimat yang keluar dari saudaramu sesama muslim kecuali dengan prasangka yang baik.”
Salah satu cara menghindari prasangka buruk adalah berhati-hati ketika menerima kabar. Tak semua kabar atau cerita yang kita dapat bisa langsung kita percayai kebenarannya. Sebab, jika kita terlanjur percaya dan bersikap negatif atas kabar tersebut dan ternyata kabar itu bohong, maka kita akan menyesal berpanjangan.
Dalam surat Alhujurat ayat 6, Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS. Al-Hujurat:6)
Hijabers, dari hadist dan ayat Alquran di atas, sangat penting buat kita untuk selalu berprasangka baik dalam pergaulan sosial. Prasangka baik akan membuat hidup kita lebih tenang dan damai, jauh dari amarah, dendam dan ketersinggungan atas sikap seseorang.