Adapun waktu pelaksanaan sholat tasbih dapat dilakukan kapan saja, baik siang hari ataupun malam hari, sepanjang tidak pada waktu yang dilarang untuk sholat. Hanya saja, Imam Nawawi memiliki pendapat yang menyatakan adanya perbedaan dalam teknis pelaksanaan sholat tasbih di siang dan malam hari. Bagi beliau, bila sholat tasbih dilakukan di malam hari, akan lebih baik bila dilakukan dua rakaat – dua rakaat masing-masing dengan satu salam. Namun, bila dilakukan di siang hari, bisa dilakukan dua rakaat satu salam atau langsung empat rakaat dengan satu salam. Dalam kitab Al-Adzkâr-nya beliau menyatakan:
Artinya: “Bila shalat dilakukan di malam hari, maka lebih kusukai bila bersalam dalam dua rakaat. Namun, bila di siang hari, maka bila mau bersalam (pada dua rakaat) dan bila mau maka tidak bersalam (di dua rakaat).”
Ibnu Hajar Al-Haitami di dalam kitabnya Al-Minhâjul Qawîm menuliskan:
Artinya: “dan (termasuk sholat sunnah) adalah sholat tasbih, yaitu sholat empat rakaat, di mana dalam setiap rakaatnya setelah membaca surat Al Fatihah dan surat lainnya membaca kalimat subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar—di dalam kitab Ihya ditambahi wa la haula wa la quwwata illa billah—sebanyak 15 kali, dan pada tiap-tiap ruku’, i’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, dan duduk setelah sujud yang kedua masing-masing membaca (kalimat tersebut) sebanyak 10 kali. Maka itu, semua berjumlah 75 kali dalam setiap satu rakaat.” (Ibnu Hajar Al-Haitami, Al-Minhâjul Qawîm, Beirut: Darul Fikr, tt., hal. 203)