Baca juga: Ibu, Sosok Mulia dan Wajib Dimuliakan
Rasulullah telah mengingatkan kepada kita bahwa perut bukanlah wadah yang siap diisi apa saja sesuai keinginan kita. Sekalipun ia diisi, tidak boleh berlebihan sehingga melebihi batas kemampuannya, sebagaimana dalam hadits, “Keturunan Adam tidak dianggap menjadikan perutnya sebagai wadah yang buruk jika memenuhinya dengan beberapa suap yang dapat menegakkan tubuhnya. Karena itu, apa yang dia harus lakukan adalah sepertiga perutnya untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk nafas,” (HR Ahmad).
Luqman al-Hakim juga pernah berpesan kepada putranya, “Wahai anakku, jika perutmu penuh, maka pikiranmu akan tidur, hikmah jadi tertutup, dan anggota tubuh akan lemah dibawa ibadah.”
Salah satu hadits Rasulullah menyatakan, “Sesungguhkan engkau akan dikumpulkan bersama orang-orang yang engkau cintai.” Artinya, jika seseorang cinta kepada orang saleh, maka kelak ia akan dibangkitkan bersama orang-orang saleh. Demikian pula sebaliknya.
Dari bergaul dengan orang-orang saleh, diharapkan kita pun menjadi orang saleh. Sebab, orang saleh yang dijanjikan Allah akan beruntung, “Aku berjanji kepada hamba-hamba-Ku yang saleh dengan sesuatu yang belum pernah terlihat mata, belum pernah terdengar oleh telinga mana pun, dan belum pernah terbesit dalam hati siapa pun.” Demikian janji Allah kepada orang-orang saleh dalam salah satu hadits qudsi.