2. Imam Ibnu Katsir dalam karya tafsirnya mengartikan orang saleh sebagai orang yang baik amal lahir dan amal batinnya.
3. Ulama tafsir, Imam Khazin mengatakan, “as-shālihīn” adalah kata jamak “shālih,” yaitu orang yang sama baiknya baik lahir maupun batinnya. Ia juga mengutip pandangan ahli tafsir lain bahwa orang saleh adalah orang yang akidahnya benar dan amalnya sesuai pedoman sunnah dan ketaatan kepada agama.
Sedangkan yang dimaksud dengan “An-Nabiyyīn” atau para nabi pada Surat An-Nisa ayat 69 ini adalah Nabi Muhammad SAW. Sedangkan “As-Shiddiqin” adalah Sayyidina Abu Bakar As-Siddik RA. “As-Syuhadā” adalah Sayyidina Umar bin Khattab RA, Sayyidina Utsman bin Affan RA, dan Sayyidina Ali bin Abu Thalib RA. “As-Shālihīn” adalah semua sahabat rasul.
4. Syekh Wahbah Az-Zuhayli dalam Tafsir Al-Munir mengatakan bahwa orang saleh itu bukan berarti orang suci yang tidak memiliki kesalahan. Orang saleh adalah orang yang baik batinnya dan kebaikannya lebih dominan daripada keburukannya.
5. Syekh Thahir bin Asyur dalam Tafsir At-Tahrir wat Tanwir menyebutkan, orang saleh adalah orang (beriman) yang menjaga istiqamah. Sedangkan Tafsir An-Nasafi menyebut orang saleh sebagai orang yang baik lahir dan batinnya.
Syekh Ibnu Ajibah menafsirkan orang-orang saleh pada Surat An-Nisa ayat 69 sebagai mereka para ulama yang menjaga ketakwaan dan umat Islam secara umum yang baik keadaannya.
6. Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi menyebut siapa yang dimaksud dengan orang saleh ketika menjelaskan satu dari lima obat hati, yaitu bersahabat dengan orang-orang saleh. والصالحون هم القائمون بحقوق الله وحقوق العباد Artinya, “Orang-orang yang saleh adalah mereka yang memenuhi hak Allah dan hak para hamba-Nya (terkait muamalah, munakahah, jinayah, wathaniyah, dan hak-hak lainnya),” (Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya, [Indonesia, Al-Haramain Jaya: tanpa tahun], halaman 51).