REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ihza Aulia Sururi Tanjung
Pada masa kecil, Rasulullah SAW tumbuh sangat pesat. Malahan, dikatakan bahwa pertumbuhannya sehari setara dengan sebulan manusia biasa. Ketika berumur dua tahun, beliau tumbuh menjadi anak yang kuat dalam pangkuan Halimah As-Sa’diah.
Memasuki usia empat tahun, terjadi peristiwa Syaqqus Shadr (pembelahan dada) oleh malaikat Jibril. Syeikh Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi mengatakan dalam kitabnya, Fiqh As-Sirah An-Nabawiyah, kejadian ini merupakan salah satu indikasi kenabiannya dan bukti bahwa Allah SWT. memilih dan menyiapkannya untuk mengemban tugas yang agung kelak (HR. Muslim).
Setelah kejadian tersebut, Halimah pun merasa khawatir akan terjadi hal-hal lain padanya. Lalu, dia bergegas mengembalikan Muhammad kepada ibunda Siti Aminah. Namun Sang Ibunda juga tak begitu lama membersamainya. Saat Muhammad berusia enam tahun, Siti Aminah wafat, dan meninggalkan Muhammad hidup tanpa kehangatan kedua orang tuanya.
Selepas kepergian ibunda, ia diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Ia sungguh mencintai dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Akan tetapi, ketika usia Muhammad tepat delapan tahun dua bulan dan sepuluh hari, kakeknya pun wafat. Kemudian pengasuhan Muhammad beralih kepada pamannya, Abu Thalib.
Pada masa pengasuhan Abu Thalib inilah, beliau menjalani masa remaja. Ketika Muhammad berusia 12 tahun, Abu Thalib mengajaknya pergi ke Syam (sekarang meliputi Suriah, Palestina, Yordania dan Lebanon) untuk berbisnis.
Tatkala kafilahnya sampai di Bushra, mereka berjumpa dengan seorang pendeta Nasrani bernama Buhaira. Dia mulai memperhatikan Muhammad, menghampiri dan berbicara dengannya. Tak lama, ia menengok ke Abu Thalib dan bertanya “Apa hubunganmu dengan anak kecil ini ?” “Ia anakku,” jawabnya. “Ia bukan anakmu, dan semestinya anak itu tidak memiliki ayah yang masih hidup,” kata Buhaira.
Disclaimer: Semua artikel di kanal Sindikasi ini berasal dari mitra-mitra Viva Networks. Isi berita dan foto pada artikel tersebut di luar tanggung jawab Viva Networks.