Sahijab – Mimpi buruk bisa dialami oleh siapa saja. Ketika mengalami mimpi buruk, Islam mengajarkan untuk melupakan dan mengabaikan.
Kejadian buruk, meski hanya dialami dalam mimpi akan tetap terasa tak enak. Bahkan sering kali meski sudah berdoa dan berusaha melupakan, bayangan mimpi buruk yang kita alami terus dirasakan. Ada rasa ketakutan dan kecemasan, dan sibuk memikirkan apa arti mimpi tersebut. Bahkan mungkin sampai melakukan konsultasi dengan ahli dan membuka lembaran-lembaran tafsir mimpi.
Padahal, ternyata dalam Islam sangat dianjurkan mengabaikan mimpi buruk. Cukup memanjatkan doa dan abaikan mimpi tersebut. Ada alasan yang kuat secara syariah mengapa mimpi buruk sebaiknya dilupakan. Dikutip dari konsultasisyariah.com, berikut beberapa alasan mengapa sebaiknya kita mengabaikan mimpi buruk.
Setan memiliki andil dalam memberi suasana pada mimpi kita. Tujuannya adalah menggangggu pikiran manusia. Jika kita terbawa dengan bayangan menakutkan tersebut, maka artinya setan sudah berhasil menguasai pikiran kita. Hal tersebut dinyatakan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari, sebagai berikut:
Dari Abu Hurairahradhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الرؤيا ثلاث حديث النفس وتخويف الشيطان وبشرى من الله
“Mimpi itu ada tiga macam: bisikan hati, ditakuti setan, dan kabar gembira dari Allah.” (HR. Bukhari)
Hal tersebut sesuai dengan hadist yang diceritakan oleh Jabir bin Abdillah. Ia mengisahkan, bahwa ada seorang Arab badui datang menemui Rasulullah Muhammad SAW dan bertanya:
“Ya rasulullah, aku bermimpi kepalaku dipenggal lalu menggelinding kemudian aku berlari kencang mengejarnya”. Lalu Rasul menjawab,
لاَ تُحَدِّثِ النَّاسَ بِتَلَعُّبِ الشَّيْطَانِ بِكَ فِى مَنَامِكَ
“Jangan kau ceritakan kepada orang lain kelakuan setan yang mempermainkan dirimu di alam mimpi”. Setelah kejadian itu, Jabir mendengar Rasulullah menyampaikan hal tersebut dalam khutbahnya,
لاَ يُحَدِّثَنَّ أَحَدُكُمْ بِتَلَعُّبِ الشَّيْطَانِ بِهِ فِى مَنَامِ
“Jangan sekali-kali kalian menceritakan ulah setan yang mempermainkan diri kalian di alam mimpi.” (HR Muslim).
Dalam riwayat lain, beliau menjamin ketika seseorang melupakan mimpi itu, dan memohon perlindungan dari setan, maka mimpi itu tidak akan berdampak buruk baginya. Beliau bersabda,
وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ، وَلْيَتْفِلْ ثَلاَثًا، وَلاَ يُحَدِّثْ بِهَا أَحَدًا، فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ
Apabila kalian mengalami mimpi buruk, hendaknya meludah ke kiri 3 kali, dan memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan dan dari dampak buruk mimpi. Kemdian, jangan ceritakan mimpi itu kepada siapapun, maka mimpi itu tidak akan memberikan dampak buruk kepadanya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Ketika menjelaskan hadis tentang mimpi buruk di atas, An-Nawawi mengatakan,
وأما قوله صلى الله عليه وسلم في الرؤيا المكروهة ولا يحدث بها أحدا فسببه أنه ربما فسرها تفسيرا مكروها على ظاهر صورتها وكان ذلك محتملا فوقعت كذلك بتقدير الله تعالى فإن الرؤيا على رجل طائر ومعناه أنها اذا كانت محتملة وجهين ففسرت بأحدهما وقعت على قرب تلك الصفة
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mimpi buruk, agar tidak diceritakan orang lain, sebabnya adalah: terkadang ada orang menafsirkan mimpi itu dengan tafsir yang buruk sebagaimana yang digambarkan dalam mimpi itu, meskipun masih ada banyak kemungkinkan, kemudian tafsir buruk itu terjadi dengan taqdir Allah ta’ala. Karena mimpi yang dialami seseorang ibarat sesuatu yang terbang. Artinya, ketika mimpi itu memiliki dua kemungkinan makna, kemudian ditafsirkan pada salah satu maknanya, maka maka akan terjadi sesuai yang mendekati sifat tersebut. (Syarh Shahih Muslim, an-Nawawi)