Sang anak yang shalehah kemudian membaca Al Qurat surat Al Ahzab ayat 36 yang artinya, Dan tidaklah patut bagi lelaki beriman dan perempuan beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata."
Utsman bin 'Affan dan Ali bin Abi Thalib memberikan hadiah uang kepada Julaibib untuk membantu mengatur resepsi pernikahan, dan untuk membeli barang yang diperlukan. Maka Nabi menikahkan putri cantik Ansari dengan Julaibib yang pernah ditolak oleh seluruh masyarakat.
Sikap putri Ansari adalah seorang mukmin sejati. Sikap putri tersebut menunjukkan kepercayaan diri seorang wanita muslimah yang tidak bisa dipengaruhi oleh keinginan masyarakatnya.
Selain itu, fakta bahwa orang tuanya tidak ikut campur dalam keputusannya menjelaskan bagaimana Islam tidak menekan seorang wanita dan juga tidak mengabaikan haknya untuk memilih suaminya. Islam memberikan kebahagiaan yang pantas didapatkan Julaibib. Dia hidup bahagia bersama istrinya yang cantik sampai dia mati syahid.
Julebib yang sering diejek di bumi ternyata menjadi sosok yang dirindukan oleh para bidadari. Julaibib syahid di medan perang dan memenangkan gelar syuhada. Rasulullah SAW membungkus Julaibib dengan tangannya sendiri. Nabi SAW mendoakannya secara pribadi. Rasulullah SAW pun mendoakan Julaibib, “Ya Allah, dia adalah bagian dari diriku dan aku adalah bagian dari dirinya.”
Hal ini membuat sahabat menyadari bahwa mungkin ini adalah orang yang dipandang rendah di mata manusia, namun di mata Allah SWT ia adalah orang yang tinggi derajatnya. Setiap orang memiliki potensi yang sama untuk bertakwa. Siapapun bisa bertakwa dan menikmati kedudukan yang tinggi di mata Allah. Sama seperti Julaibib, yang sering dihina oleh manusia, namun di mata Allah, derajatnya tinggi.