"Ini sangat menarik karena itu berarti tes penciuman dan rasa dapat digunakan untuk membedakan antara pasien COVID-19 dengan orang yang hanya menderita pilek atau flu biasa," kata ketua peneliti, Carl Philpott, profesor di Norwich Medical School UEA, dilansir Times of India, belum lama ini.
"Meskipun tes tersebut tidak dapat menggantikan alat diagnostik formal seperti test swab. Tapi, tes tersebut bisa menjadi alternatif saat tes konvensional tidak tersedia atau ketika diperlukan penyaringan cepat - terutama di tingkat perawatan primer, di unit gawat darurat atau di bandara," tambahnya.
Para ilmuwan dan komunitas medis juga menemukan, ada laporan signifikan yang menunjukkan bahwa COVID-19 juga memengaruhi sistem saraf pusat seseorang, sehingga menimbulkan beberapa gejala neurologis.