“Saya hanyalah siswa lain yang menunggu untuk bertemu dengan orang yang dicintai, seperti semua orang di gerbang kedatangan. Tapi tidak menurut dua pria yang tanpa malu-malu mengambil foto saya di depan mata,” ucapnya.
Ketika memutuskan untuk menimba ilmu ke Eropa, ia mengaku tidak berpikir semuanya akan baik-baik saja atau berjalan dengan mudah. Sebaliknya, ia menghormati fakta bahwa beberapa orang akan melakukan hal tersebut, selain dari fakta bahwa beberapa orang juga melindunginya.
‘’Namun, mereka juga harus mengerti bahwa kami datang dengan damai. Islam memiliki lebih dari satu miliar orang yang mengamalkan agamanya dan berkembang setiap hari. Mereka adalah orang-orang baik yang berkomitmen untuk perdamaian dan kemakmuran dunia, dan kebahagiaan umat manusia.’’ ungkap dia.
Dia melanjutkan, apa yang terjadi di Brussel, London, Nairobi atau Amerika Serikat di masa lalu, sebenarnya tidak ada hubungannya dengan agama Islam, ataupun agama selain Islam.
Sambung dia, sedikit dari tindakan teror sesat yang dilakukan atas nama agama Islam, seharusnya tidak dapat mewakili cinta dan nilai-nilai positif yang Muslim di seluruh dunia sebarkan setiap hari.
‘’Kita bisa membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik dengan mulai menghargai mozaik indah dari identitas kita, dan merayakan kebaikan bawaan masing-masing dan setiap dari kita; hitam, coklat, Muslim, Kristen, dan lainnya.’’ ungkap dia.
Disclaimer: Semua artikel di kanal Sindikasi ini berasal dari mitra-mitra Viva Networks. Isi berita dan foto pada artikel tersebut di luar tanggung jawab Viva Networks.