Pada periode berikutnya, yakni 1943 sampai 1966 kepemimpinan Pondok Pesantren Banyuanyar senyatanya diserahkan pada KH Abdul Hamid Baqir, putra tertua KH Abdul Majid. Namun, karena yang bersangkutan aktif berjuang melawan Belanda di daerah tapal kuda, terutama Jember dan Banyuwangi, maka tanggung jawab kepemimpinan pondok Banyuanyar diserahkan pada KH Baidawi, paman dari KH Abdul Hamid Bakir atau adik kandung KH Abdul Majid sendiri.
Di masa kepemimpinan KH Baidawi ini Banyuanyar mengembangkan sayapnya dengan mempelopori berdirinya lembaga-lembaga pendidikan Islam di daerah Pamekasan dan sekitarnya, seperti Sampang dan Sumenep.
Setelah KH Baidawi meninggal dunia pada 1966 kepemimpinan Pondok Pesantren Banyuanyar diserahkan sepenuhnya pada KH Abdul Hamid Bakir, sejak 1966 sampai 1980. Di bawah kepemimpinan KH Abdul Hamid Bakir yang notabene pejuang kemerdekaan ini identitas kebangsaan Pesantren Banyuanyar semakin tampak. Hal ini terbukti dengan berdirinya dua tugu burung garuda besi sebagai lambang negara Indonesia.
Menurut menantu beliau yang bernama KH Abdul Ghafur Syafiuddin Lc, KH Abdul Hamid Bakir belum pernah menentang pemerintah, tapi kalau berbeda pendapat itu biasa (lumrah). Banyak cerita yang menyebar dari lisan ke lisan tentang keistimewaan KH Abdul Hamid Bakir ini, menurut masyarakat yang pernah bertemu atau bergaul dengan beliau banyak karamah yang ditunjukkan beliau, sehingga beliau dikenal sebagai kiai yang sakti.
Pada 1980 KH Abdul Hamid Bakir meninggal dunia dan kepemimpinan pondok diserahkan pada menantunya yang bernama KH Muhammad Syamsul Arifin, sejak 1980 sampai sekarang. KH Muhammad Syamsul Arifin terkenal alim sejak kecil, karena sejak beliau berumur lima belas tahun sudah sering ditunjuk oleh KH Abdul Hamid Bakir untuk menggantikan beliau ketika berhalangan mengajar santri.
Baca Juga: Akbar, Bocah Pemulung Pembaca Quran Kini Masuk Pesantren
Di bawah kepemimpinan KH Muhammad Syamsul Arifin, Banyuanyar membuat kebijakan untuk memadukan kajian kitab-kitab salaf (klasik) dengan pengetahuan umum (modern). Sejak 1983 pesantren ini secara resmi menjadi Lembaga Pendidikan Islam Darul Ulum, dan kemudian didirikanlah lembaga-lembaga pendidikan sejak usia dini sampai perguruan tinggi, dan sekarang menjelma menjadi salah satu pesantren terbesar di Madura.
Disclaimer: Semua artikel di kanal Sindikasi ini berasal dari mitra-mitra Viva Networks. Isi berita dan foto pada artikel tersebut di luar tanggung jawab Viva Networks.