Mempunyai jadwal padat setiap hari membuat Amar berbeda dengan remaja seusianya. Amar harus membagi waktu sebaik mungkin, antara urusan teman, sekolah, dan jadwalnya. Ditambah, ia merupakan anak sulung yang juga harus membimbing dua adiknya.
“Setiap selesai sekolah pukul 16.00. Nah, karena jarak masjid ke rumah jauh, daripada bulak-balik saya harus nunggu di sekolah sampai pukul 17.00 atau jelang Maghrib. Baru setelah itu saya berangkat ke masjid dan pulang ke rumah setelah shalat Isya. Untuk belajarnya, saya atur malam atau sehabis shalat Subuh,” jelas dia.
Sebagai qari, Amar melewati banyak rangkaian tantangan. Misal, saat kompetisi SDI, ia harus berjuang di tengah kondisinya yang sakit. “Saya sempat sakit lambung di awal lomba. Setelah itu saat masuk 15 besar saya kena radang tenggorokan juga tapi akhirnya sembuh pas awal Ramadhan. Berkah Ramadhan. Jadi, saya rekam setelah shalat Tarawih karena suara masih panas setelah imamin,” ujar dia.
Disclaimer: Semua artikel di kanal Sindikasi ini berasal dari mitra-mitra Viva Networks. Isi berita dan foto pada artikel tersebut di luar tanggung jawab Viva Networks.