Maka tidak heran jika banyak warga di sana yang bahkan tidak memiliki agama, atau atheis. Namun untuk bisa menikah, biasanya anak muda di sana akan mengikuti sebuah kamp dan memberikan pendidikan tentang kristen hingga mereka siap untuk menikah.
"kamp ada ini pada dasarnya untuk mendapatkan izin menikah di gereja, kebanyakan orang melakukan itu," tambahnya.
Tapi keadaan berbalik setelah Esthery telah mengikuti kamp, ternyata ia bertemu dengan seorang pria muslim. Dan pria tersebut membuatnya terpesona, hingga akhirnya mereka memiliki hubungan yang spesial.
Calon suaminya tidak pernah mengajak ia untuk memeluk islam, tetapi justru dengan kehadirannya membuat ia ingin mempelajari islam lebih dalam lagi.
Pria tersebut sangat religius, hingga enam bulan berlangsung ia pun mulai tertarik melakukan penelitian tentang islam. Dan itu semua dilakukan untuk memahaminya lebih baik.
"Saya bisa mencoba untuk memahami dia lebih baik, dan hal-hal seperti itu," lanjutnya.
Dan hanya berselang beberapa minggu penelitian, ia memutuskan untuk mengucapkan syahadat di sebuah masjid.