“Yang jadi masalah belajar falsafat ngaco tiba-tiba besok nggak sholat. Saya belajar falsafat juga, saya baca buku falsafat. Saya baca bukunya Ghazali tentang falsafat. Jadi falsafah ini adalah ilmu akal,” terangnya.
Belajar filsafat adalah ilmu yang tidak bisa diingkari. Hanya saja, ada tambahan yang diambil dari falsafat luar seperti Yunani yang tidak atas dasar islam.
“Ada yang dibaca di ilmu falsafat itu sesuatu yang nggak bisa diingkari. Ilmunya pasti, cuma di situ ada tambahan-tambahan yang diambil dari falsafat Yunani, yang tidak atas dasar islam menyesatkan ‘ada’. Makanya belajar filosof falsafat harus ilmu ada dong, gurunya harus ada dong,” terangnya.
Lebih lanjut, seseorang yang belajar filsafat belum tentu dianggap kafir. Tergantung belajar di mana dan gurunya siapa. Sebab, jika benar belajar filsafat bisa mengantarkan seseorang sampai kenal dengan Allah.
“Belajar ilmu akidah kita itu adalah ibadah dalamnya adalah belajar ilmu falsafah. Memang betul ada orang mengingkari pakar akidah di saat mereka belajar falsafat. Karena belajar falsafat adalah haram. Falsafat yang mana yang dikatakan haram. Makanya belajar falsafah itu, jika benar yang dipelajari adalah mengantarkan dia sampai kenal kepada Allah,” ujar Buya Yahya.
“Jadi tidak serta merta semua yang belajar falsafat itu langsung kafir juga enggak. Tinggal belajarnya di mana dan gurunya siapa dan buku apa yang dibaca. Kemudian setiap orang belajar falsafat tidak langsung kita katakan sebagai seorang atheis nggak bisa,” tambahnya.