Salah satu hal yang paling dikenang Yasmin selama syuting di China adalah disiplin kerja tim. Kru film terdiri dari orang Indonesia dan China, yang sangat disiplin dalam mengatur waktu. "Setiap lokasi syuting memiliki batas waktu tertentu, dan kami harus menyelesaikan semua adegan dalam waktu yang ditentukan. Ini membuat kami semua harus bekerja dengan efisien," jelas Yasmin. Selain disiplin, kekeluargaan di lokasi syuting juga sangat terasa. "Karena kami tinggal bersama selama sebulan, kami menjadi seperti keluarga besar. Kami saling mendukung dan berbagi cerita," tambahnya.
Sebelum syuting, Asma Nadia, penulis novel asli, hadir untuk berbagi perspektif dengan para pemain, terutama Yasmin Napper. "Bu Asma memberikan banyak insight tentang karakter Aisha. Salah satu pesan penting yang ia sampaikan adalah bagaimana penonton dapat merasakan empati terhadap Aisha, meskipun karakternya keras kepala," ungkap Yasmin. Setelah diskusi tersebut, Yasmin lebih memahami latar belakang Aisha, yang sebenarnya adalah seseorang yang rapuh dan hancur karena tidak memiliki pegangan dalam hidupnya.
Asma Nadia juga menitipkan pesan khusus kepada Yasmin Napper. "Bu Asma mengingatkan bahwa film ini bukan hanya tentang petualangan, tetapi juga tentang perjalanan spiritual dan pencarian jati diri. Pesan yang paling penting adalah jangan pernah bergantung pada orang lain, karena kita hanya bisa bergantung pada Yang Mahakuasa," tutur Yasmin. Pesan ini menjadi inspirasi bagi Yasmin dalam membawakan peran Aisha dengan lebih mendalam dan autentik.
Film "Assalamualaikum Beijing 2: Lost in Ningxia" tidak hanya menjanjikan petualangan seru, tetapi juga perjalanan spiritual yang mengharukan. Dengan pengalaman syuting yang membangun dan karakter Aisha yang kuat, Yasmin Napper berharap film ini akan mendapatkan respon positif dari penonton Indonesia.