Cara unik Omara Esteghlal terpilih bintangi film Tinggal Meninggal, rahasia di balik minum lemon tea yang membuat Kristo Immanuel yakin. Simak detailnya!
Omara Esteghlal menjadi sorotan setelah terpilih sebagai pemeran utama dalam film "Tinggal Meninggal." Yang mengejutkan, proses casting Omara tidak melalui audisi panjang atau tahapan seleksi yang rumit. Semuanya dimulai dari pertemuan singkat dengan sang sutradara, Kristo Immanuel.
Kristo mengungkapkan bahwa keputusannya memilih Omara terinspirasi dari cara Omara meminum lemon tea. "Waktu kita ngobrol, dia sambil minum lemon tea, diem aja, pas esnya abis, lemonnya dia hisap pelan-pelan... tanpa ada ekspresi apa pun, saya langsung mikir, ini Gema," ungkap Kristo.
Karakter Gema dalam film "Tinggal Meninggal" adalah sosok yang merasa dirinya aneh dan tidak pernah cocok dengan norma sosial. Ia kesepian sejak kecil, haus akan afeksi, dan nekat memalsukan kematian demi mendapat perhatian. Kristo merasa menemukan seluruh esensi tersebut hanya dalam satu pertemuan dengan Omara.
"Kita gak butuh orang yang bisa pura-pura aneh. Kita butuh orang yang emang dari dalamnya, ada sesuatu yang bikin kita gak bisa berhenti ngeliatin," tambah Kristo. Energi Omara yang "aneh tapi tulus" persis seperti karakter Gema yang Kristo tulis.
Keputusan Kristo untuk memilih Omara tanpa audisi lebih lanjut menjadi bukti bahwa Imajinari Studios mengutamakan karakter dan energi yang autentik dibanding nama besar atau tren pasar semata. Ernest Prakasa, sebagai produser, mengamini pilihan Kristo dan menyebut keputusan itu sangat "berani sekaligus tepat."
Omara, yang bukan aktor yang sering muncul di film komedi absurd, justru cocok karena datang tanpa beban gaya, tapi punya ketulusan dalam gestur yang kecil. "Dia diem aja, tapi auranya dapat. Saya langsung bilang ke tim: gue maunya Omara, gak mau yang lain," lanjut Kristo.
Saat diminta menceritakan pendapatnya tentang Gema, Omara mengaku karakter tersebut sangat relatable dengan pengalamannya sendiri. "Saya pernah ngerasa kayak beda dari orang lain, tapi enggak bisa bilang saya aneh. Karena kalau dibilang aneh, rasanya juga enggak cukup gila buat jadi aneh beneran," ujar Omara.
Omara merasa Gema adalah cerminan banyak orang yang tumbuh dengan perasaan tidak cocok di dunia yang terlalu "normal." "Gema itu orang yang cuma pengin ditemani, tapi dia terlalu kaku untuk nyatu sama orang lain. Jadi ya... dia milih jalan yang ekstrem. Itu nyakitin, tapi saya ngerti," tambahnya.
Penghayatan emosional ini membuat performa Omara dalam film menjadi sangat natural. Tanpa perlu banyak teknik akting dramatis, ia cukup menjadi dirinya sendiri, dan itulah yang membuat Gema hidup.
Gema adalah pria muda yang seumur hidupnya merasa sendiri dan tidak pernah benar-benar dianggap ada. Saat ayahnya meninggal, untuk pertama kalinya ia merasakan empati dan perhatian dari lingkungan sekitarnya, terutama teman-teman sekantornya yang biasanya cuek. Namun, saat perhatian itu memudar, Gema melakukan hal tak terduga: ia memalsukan kematian hanya untuk mendapatkan perhatian kembali.
Alih-alih simpati yang abadi, kebohongan ini justru menjerat Gema dalam pusaran konflik sosial, rasa bersalah, dan hubungan yang penuh kepura-puraan. Satu per satu orang di sekitarnya mulai mencurigai keanehan yang terjadi, dan Gema harus terus mempertahankan ilusi yang semakin sulit dikendalikan.
Dibalut komedi gelap dan satir sosial yang tajam, "Tinggal Meninggal" mengeksplorasi tema kesepian, pencarian validasi, dan absurditas hidup di era digital di mana eksistensi sering kali lebih penting daripada kebenaran.