"Setiap keputusan kreatif harus mempertimbangkan dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi secara integral," tegas Dr. Olivia. Eloy Yuan dari Donghua University, Shanghai, juga menyoroti pentingnya peran individu dalam mewujudkan keberlanjutan. "Sustainability, why not start from ourselves?" katanya, mengajak setiap orang untuk berkontribusi dalam perubahan.
Diskusi mengulas berbagai tantangan yang dihadapi industri fashion global, termasuk produksi berlebih, limbah tekstil, dan eksploitasi tenaga kerja. Pandemi, perubahan iklim, dan disrupsi teknologi dianggap sebagai momentum untuk transformasi yang lebih berkelanjutan.
"Di balik krisis, selalu ada peluang besar untuk berinovasi," ujar Dr. Olivia. Salah satu contoh inovasi yang disorot adalah karya mahasiswa Indonesia di Donghua University yang menciptakan busana dari kertas bekas dengan teknik weaving, menghasilkan tekstil eksperimental yang inovatif dan sadar lingkungan.
"It's not only creative, but also deeply conscious," puji Yuan. Nilai-nilai budaya lokal juga menjadi fokus. Dr. Olivia menekankan pentingnya warisan seperti tenun dan batik sebagai solusi kontemporer dalam menghadapi tantangan keberlanjutan.
"Inovasi tidak harus memutus dari akar. Justru, kekuatan besar muncul saat tradisi menjadi fondasi kreativitas," paparnya.