• Photo :
        • Bahan kosmetik,
        Bahan kosmetik

      Sahijab Beauty – Produk skincare 'bebas paraben' adalah salah satu yang mungkin Anda cari dalam perawatan kulit, karena dianggap aman. Tetapi ternyata tidak semua produk bebas paraben, karena ini digunakan sebagai cara untuk mengawetkan dan meningkatkan umur simpan.

      Paraben adalah kelompok pengawet kimia yang banyak digunakan dalam banyak produk kosmetik. Dari pelembab, sampo, dan serum yang tersedia secara komersial hingga krim, losion hingga pasta gigi. Hampir semua produk kosmetik mengandung paraben. Paraben mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur pada produk.

      Produk yang mengandung paraben bisa bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Sementara paraben yang paling umum digunakan meliputi berbagai nama berikut ini:

      • Butilparaben
      • Isobutylparaben
      • Propilparaben
      • Metilparaben
      • Etilparaben

      Anda pasti pernah melihat nama-nama ini pada daftar bahan di sebagian besar produk kosmetik dan perawatan kulit. Satu produk dapat mengandung satu atau lebih jenis paraben. Paraben sering digunakan dalam kombinasi dengan pengawet lain, untuk memastikan bahwa ini dapat melindungi produk dari berbagai bakteri dan mikroba.

      Sejak tahun 1950-an, paraben banyak digunakan dalam produk kosmetik. Paraben populer karena lembut, tidak membuat peka, dan lebih efektif daripada pengawet.

      Dikutip Sahijab dari laman Style Craze, The Cosmetic Ingredient Review (CIR), bekerja sama dengan FDA, menyimpulkan bahwa paraben aman digunakan dalam kosmetik. Karena sifat antimikrobanya yang sangat baik, paraben banyak digunakan dalam kosmetik, makanan, deterjen dan bahkan obat-obatan.

      Apakah Paraben Buruk Bagi Kulit dan Tubuh?

      Paraben buruk bagi Anda karena alasan berikut:

      • Para peneliti menemukan bahwa paraben mudah diserap oleh kulit, dan tetap berada di jaringan dan cairan tubuh.
      • Peneliti juga mendeteksi paraben dalam ASI, serum, urin dan cairan mani.
      • Paraben juga terdeteksi di jaringan payudara pasien kanker payudara. Satu hipotesis menghubungkan peningkatan kejadian kanker payudara di daerah payudara lateral atas dengan penggunaan deodoran ketiak (mengandung paraben).
      • Paraben dianggap sebagai xenoestrogen. Dengan kata lain, bahan kimia ini bisa meniru hormon estrogen dalam tubuh. Paraben mengikat reseptor estrogen di tubuh. Dibandingkan dengan methylparaben dan ethylparaben, butylparaben dan propylparaben memiliki aktivitas estrogenik yang tinggi dalam tubuh manusia. Aktivitas estrogenik ini dapat menyebabkan perkembangan kanker payudara.
      • Paraben dapat meningkatkan kerusakan tingkat sel yang disebabkan oleh paparan sinar UV, bahkan dapat menyebabkan kanker kulit.
      • Paraben juga dapat membuat kulit peka, menyebabkan reaksi alergi. Sebuah penelitian menemukan bahwa ethylparaben yang digunakan sebagai agen antijamur (5%) pada kulit manusia menyebabkan dermatitis kontak.

      Karena alasan ini, banyak merek kosmetik dan perawatan kulit beralih ke produk 'bebas paraben'. Namun, meskipun produk ini mengklaim bebas paraben, mereka tetap menggunakan bahan pengawet. Biasanya, alkohol, ekstrak biji grapefruit, atau sorbat digunakan sebagai pengawet.

      Apakah mungkin untuk menghindari paraben? Ya, tetapi hanya sampai batas tertentu. Hampir tidak mungkin membuang setiap produk yang mengandung paraben. Oleh karena itu, moderasi adalah kuncinya.

      Jika Anda menggunakan serum, losion, masker, dan antiperspirant tanpa bilas, hindari produk yang mengandung paraben karena ini akan mentransfer konsentrasi tinggi pengawet ini ke tubuh. Anda bisa mengecek bahan alami sebagai alternatif.

      Tetapi perhatikan bahwa label 'bebas paraben' tidak menyiratkan bahwa suatu produk bebas bahan kimia. Masih ada beberapa pengawet di dalamnya. Untuk amannya, periksa jumlah paraben dalam produk yang Anda gunakan dan usahakan untuk menjaganya serendah mungkin.

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan