"Saya tertarik dengan betapa rumitnya jaringan otak yang memungkinkan kita memiliki kepribadian atau mengingat sesuatu," ungkap Pritschet kepada Dr. Sanjay Gupta dalam podcast-nya, Chasing Life. "Di saat yang sama, saya melihat banyak wanita menopause mengeluhkan gangguan kognitif dan masalah perhatian. Saya pikir kita perlu menghubungkan keduanya."
Pritschet bahkan rela menjadi "kelinci percobaan" saat S2. Ia menjalani pemindaian otak dan pengambilan sampel darah selama 30 hari, melintasi dua siklus reproduksi penuh (dengan dan tanpa pil KB), untuk memahami bagaimana fluktuasi hormon harian berkaitan dengan perubahan otak harian.
Sekitar waktu itu, peneliti lain mulai mempelajari perubahan otak selama kehamilan, membandingkan kondisi otak sebelum dan sesudah kehamilan.
Mereka menemukan banyak perubahan, tetapi pendekatan "snapshot" penelitian tersebut meninggalkan banyak pertanyaan.
"Jika terjadi penurunan 3 hingga 5% pada volume materi abu-abu otak, kapan hal itu terjadi selama kehamilan, dan bagaimana prosesnya?" tanya Pritschet. "Kita melewatkan banyak celah besar dalam metamorfosis ini.
"Kita tahu bahwa kehamilan selama 40 minggu menyebabkan berbagai adaptasi tubuh untuk mendukung perkembangan janin: volume plasma meningkat, fungsi imun berubah, laju metabolisme meningkat, konsumsi oksigen meningkat," jelasnya. "Seperti apa jalur perubahan ini sepanjang kehamilan?"