• Photo :
        • Ilustrasi Umar bin Khattab dan rakyatnya.,
        Ilustrasi Umar bin Khattab dan rakyatnya.

      Sahijab – Umar bin Khattab bin Nafiel Bin Abdul Uzza atau semakin dikenal sebagai Umar bin Khattab  larih pada13 tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW, sekitar 586 M di Mekkah, (Arab: عمر ابن الططاب) yaitu salah satu sahabat terdekat Nabi Muhammad S.A.W. yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644 M). Umar juga satu salah satu dari 4 Khalifah yang di beri gelar (Khulafaur Rasyidin).

      Umar lahir di kota Mekah dari suku Bani Adi, salah satu suku Quraish, suku terbesar di kota Mekah pada waktu itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh al Quraisyi dan ibunya Hantamah Binti Hasyim, Nabi Muhammad memberikan nama julukan pada Umar Bin Khattab dengan sebutan  Al-Faruq yang berarti pembeda. Umar mampu mengeluarkan kebenaran dan kepalsuan. Gelar Umar Bin Khattab adalah Amirul Mukminin yang berarti para pemimpin orang-orang percaya.

      Umar Bin Khattab Perjalanan Masuk Islam Bersama Nabi Muhammad S.A.W

      Umar Bin Khattab dikenal sebagai sosok yang keras dan berani. Bahkan sebelum memasuki Islam, Umar sangat menentang Nabi Muhammad. Dia di takuti oleh umat Islam karena dia sering menyiksakan para pengikut Nabi.

      Sebelum merangkul Islam, Umar adalah orang yang dihormati dan dihormati oleh rakyat Jahiliyah Mekah pada waktu itu, Umar juga menggali putrinya hidup sebagai anggota eksekusi Mekah Pribadi yang masih barbar. Setelah merangkul Islam di bawah Nabi Muhammad S.A.W., Umar dilaporkan untuk menyesali tindakannya dan menyadari kebodohannya ketika diriwayatkan dalam hadits  "Aku menangis ketika menggali kubur kepada putriku. Beliau maju dan kemudian menyisir janggutku".

      Umar juga dikenal sebagai peminum berat, beberapa catatan mengatakan bahwa pada momen pra-Islam (Jahiliyyah), Umar suka minum anggur. Setelah dibentuk menjadi seorang Muslim, dia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun tidak ada larangan minum Khamar (memabukkan).

      Pada puncak kebenciannya terhadap Baginda Nabi Muhammad S.A.W., Umar memutuskan ingin mencoba membunuh Nabi Muhammad S.A.W., namun saat dalam perjalanannya beliau berjumpa dengan salah seorang pengikut Nabi Muhammad S.A.W. bernama Nu'aim bin Abdullah yang kemudian memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, petuah yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W. yang mau dibunuhnya saat itu.

      Sebab berita itu, Umar terkejut dan pulang ke rumahnya dengan dengan maksud kepada menghukum adiknya, diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu sedang membaca Al Qur'an surat Thoha ayat 1-8, beliau semakin marah akan hal tersebut dan memukul saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya beliau dibentuk menjadi iba, dan kemudian berharap agar bacaan tersebut bisa beliau lihat, diriwayatkan Umar dibentuk menjadi terguncang oleh apa yang beliau baca tersebut, beberapa waktu setelah perihal terjadinya itu Umar menyatakan memeluk Islam, tentu saja hal yang selama ini selalu membelanya menciptakan nyaris seisi Mekkah terkejut sebab seseorang yang terkenal sangat keras menentang dan sangat kejam dalam menyiksa para pengikut Nabi Muhammad S.A.W. kemudian memeluk petuah yang sangat dibencinya tersebut, akibatnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan beliau tidak dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama ini dikenali selalu membelanya.

      Setelah memasuki Islam, Umar menyarankan Utusan Allah untuk tidak mempublikasikan Islam dengan bersembunyi. Utusan Allah dan para sahabat mulai berkhotbah dengan terang-terangan. Para pengikut Nabi Muhammad tumbuh dan berkembang. Umar juga orang yang paling menonjol untuk membela dan melindungi Nabi Muhammad. Umar selalu setia berada di sisi Nabi. Dia mengikuti dalam setiap perang. Umar bahkan disebut sebagai teman utama Nabi Muhammad setelah Abu Bakar.

      Kesedihan Sahabat yang Sangat Ketika Nabi Muhammad Meninggal Dunia

      Pada tahun 10 H dalam pelaksanaan Haji Wada, ketika Nabi Muhammad memberinya khotbah, ada satu kalimat yang mengisyaratkan seperti beliau akan menuju kepangkuan Allah SWT.

      "Wahai manusia, perhatikanlah kata-kataku ini. Aku tidak tahu, kalau-kalau sesudah tahun ini, dalam keadaan seperti ini, aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian."
      Sehingga itu, Allah SWT berkata dalam QS. Al-Maidah ayat 3 yang artinya:

      اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ

      "Pada hari ini telak aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhoi islam sebagai agama bagimu."

      Sebelum dia meninggal, 29 Shafar tahun 11 Hijriah, Nabi Muhammad mengalami sakit kepala dan demam dengan suhu badan yang tinggi. Dengan keadaan yang tidak sehat, beliau terus menyempatkan diri untuk mengimami solat bersama para pengikutnya (jamaahnya).

      Beberapa hari sebelum menjelang wafatnya, Nabi Muhammad merasakan kesakitan yang semakin parah, suhu badannya semakin meningkat. sampai waktunya akan tiba, Nabi Muhammad SAW berada di pangkuan Aishah.
      Bibirnya berucap di hadapan mukanya, "Ya Allah, ampuni dan kasihanilah aku. Pertemukanlah aku dengan teman-teman yang tinggi (kedudukannya). Ya, Allah pertemukanlah aku dengan teman-teman (yang tinggi kedudukannya).

      Doa itu dituturkan Nabi Muhammad sebanyak tiga kali. Kemudian, sambil bersandar di antara dada dan leher Aisyah, Allah SWT kemudian mengambil nyawa Nabi Muhammad.

      Pada tanggal 12 Rabiul Awwal, tahun 11 Hijiriah, kesedihan yang sangat menyelimuti para sahabat Nabi Muhammad dan orang Islam yang lain. Kesedihan yang menyakitkan dirasai oleh Umar Bin Khatab, serta Abu Bakar Ash Shidiq.

      Pada mulanya, Umar tidak dapat menerima kematiannya Nabi Muhammad,  sehingga dia mendekati pedangnya mengancam dan membunuh seseorang yang menyebut Nabi Muhammad SAW wafat.

      "Sesungguhnya Rasulullah SAW tidak akan meninggal sampai dihabiskannya orang-orang munafik oleh Allah SWT," kata Umar.

      Pemimpin yang lembut, Abu Bakar Ash Shidiq, datang untuk menenangkan Umar dan menunjuk kepada semua yang berada di rumah Nabi Muhammad.

      "Saudara-saudara sekalian, barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sudah meninggal. Tetapi barangsiapa menyembah Allah, maka Allah selalu hidup dan tak akan pernah mati," kata Abu Bakar."
      Abu Bakar kemudian membaca Firman Allah swt dalam QS. Ali Imran lihat 144 yang artinya:

      وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۗ اَفَا۟ىِٕنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلٰٓى اَعْقَابِكُمْ ۗ وَمَنْ يَّنْقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللّٰهَ شَيْـًٔا ۗوَسَيَجْزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيْنَ

      "Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."

      Abu Bakar mengingatkan kepada para pemeluk Islam yang sedang terguncang, termasuk Umar saat itu, bahwa Nabi Muhammad S.A.W., seperti halnya mereka, yaitu seorang manusia biasa, Abu Bakar kemudian mencoba kepada mengingatkan mereka kembali kepada petuah yang diajarkan Nabi Muhammad S.A.W. yaitu kefanaan makhluk yang diciptakan. Setelah perihal jadinya itu Umar menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan. 

      Masa Menjabat Khalifah dan Wafatnya Umar Bin Khattab

      Setelah Abu Bakar wafat, Umar menggantikannya sebagai khalifah. Ia memerintah selama sepuluh tahun, yakni dari 13 H/634 M hingga 23 H/644 M. Mengutip jurnal Kekhalifahan Umar bin Khattab tulisan Salmah Intan (2017), Umar meletakkan dasar-dasar negara yang bersifat demokratis dan dilandasi oleh keadilan.

      Di bawah pemerintahan Umar bin Khatab, kekuasaan Islam tumbuh sangat pesat. Umar melakukan ekspansi besar-besaran untuk menyebarkan pengaruh Islam. 

      Ekspansi dimulai dari ibu kota Syria, yakni Damaskus yang jatuh pada 635 M. Setahun kemudian setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria berada di bawah kekuasaan Islam.

      Iskandaria, ibu kota Mesir, dapat ditaklukkan tahun 641 M. Kemudian Al-Qadasiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq jatuh pada tahun 637 M. Perluasan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang berhasil dikuasai di tahun yang sama.

      Pada tahun 641 M, Mosul dapat dikuasai.

      Dengan demikian pada masa kepemimpinannya, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arab, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.

      Umar menerapkan jumlah reformasi secara administratif dan mengontrol dari tidak jauh kebijakan publik, termasuk mendirikan sistem administrasi kepada kawasan yang baru ditaklukkan. Beliau juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, beliau memerintahkan kepada menambah luas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Beliau juga memulai babak kodifikasi hukum Islam.

      Umar dikenali dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, beliau tetap hidup sangat sederhana.

      Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam maunya mulai dihitung saat perihal jadinya hijrah.

      Mengutip dari buku Muawiyah Ibn Abi Sofyan: Dari Syura ke Monarki karya Hasaruddin (2014: 82-83), Umar bin Khattab wafat pada usia 63 tahun di bulan Dzulhijjah 23 H/644M. Ia meninggal di tangan budak Persia bernama Abu Lu’luah.

      Umar ditusuk ketika sedang mengimami sholat Subuh. Sebelum meninggal, Umar menunjuk enam orang sahabatnya dan meminta mereka untuk memilih salah seorang di antaranya untuk menjadi khalifah. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abdur Rahman bin Auf.

      Semasa masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu:

      • Bila engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau mau mencacinya, karenanya cacilah dirimu. Sebab celamu banyakan darinya.
      • Bila engkau mau memusuhi seseorang, karenanya musuhilah perutmu dulu. Sebab tidak berada musuh yang semakin berbahaya terhadapmu selain perut.
      • Bila engkau mau memuji seseorang, pujilah Allah. Sebab tiada seorang manusia pun banyakan dalam memberi kepadamu dan semakin santun lembut kepadamu selain Allah.
      • Bila engkau mau meninggalkan sesuatu, karenanya tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
      • Bila engkau bersiap-siap kepada sesuatu, karenanya bersiaplah kepada mati. Sebab bila engkau tidak bersiap kepada mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
      • Bila engkau mau menuntut sesuatu, karenanya tuntutlah akhirat. Sebab engkau tidak akan mendapatkannya kecuali dengan mencarinya.

      Begitulah kisah perjalanan Khalifah Umar Bin Khattab dari mulai masa lahirnya, keluarganya, zaman kebencian kepada kaum muslim dan Nabi Muhammad, kemudian masa perjalanan menyebarkan Islam bersama Nabi Muhammad, keadaan masa jabatan Umar Bin Khattab, hingga wafatnya. Semoga kita umat Islam dapat mengambil banyak kebaikan dan keberanian Umar Bin Khattab dalam menyebarkan kebenaran dan memberantas kemunafikan / kepalsuan.

      Berita Terkait :

Jangan Lewatkan