Sahijab – Salah satu pilar penting yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam menjalani hidup adalah bersyukur. Rasul tak pernah menyebut, apakah bersyukur dalam hal besar atau kecil, tapi ia selalu menganjurkan untuk bersyukur dalam apapun. Bersyukur bahkan bisa kita sampaikan dalam bentuk doa.
Bersyukur juga ternyata punya tempat sendiri dalam Islam. Allah SWT dalam beberapa firmanNya juga mengingatkan umat Islam untuk selalu bersyukur. Dalam surat Luqman ayat 12, Allah SWT bahkan menegaskan, bersyukur kepada Allah SWT adalah untuk kita sendiri.
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
"Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
Dalam surat Ibrahim ayat 7, Allah juga mengingatkan kita untuk selalu bersyukur, sebagai berikut:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Baca juga: Menghadapi Orang Dengki
Seorang imam besar Islam, yaitu Syaikh Abdul Qadir al-Jailani menyebutkan bahwa sebenarnya hakikat syukur adalah mengakui nikmat yang telah Allah SWT berikan. Karena Allah SWT adalah pemilik seluruh alam, dan pemberi nikmat kehidupan. Bersyukur pada Allah SWT artinya mengakui bahwa segala nikmat berasal dari Allah SWT.
Dengan memperbanyak bersyukur, maka anggota badan akan tunduk kepada Allah SWT, yang Maha Pemberi Nikmat. Tunduk yang dimaksud oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jailani adalah adalah mentaati dan patuh kepada ketentuanNya. Artinya, syukur adalah pekerjaan hati dan tubuh.
Menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jailani bersyukur bisa dilakukan dalam tiga hal, yaitu:
Bersyukur dengan lisan adalah bentuk bahwa kita mengakui nikmat itu berasal dari Allah SWT. Kita tidak menyandarkan apa yang kita dapatkan saat ini kepada makhluk atau kepada diri. Seolah apa yang kita dapatkan hari ini adalah karena kekuatan dan usaha kita sendiri. Padahal ada Allah SWT yang Maha Memberi dan Maha Mengatur.
Bersyukur dengan hati akan menjadi kekuatan. Sebab, ketika hati meyakini maka seluruh gerak kita akan kita sadari bahwa itu bersumber dari kekuatan dan kebaikan Allah SWT. Hati akan membantu menggerakkan lisan dan tindakan untuk senantiasa mengingat pemberian dan kemurahan Allah SWT.
Bersyukur dengan anggota badan artinya kita selalu menggerakkan anggota badan kita untuk bersyukur pada Allah SWT, atas semua karuniaNya. Memberi sedekah, beribadah wajib, berpuasa, dan mengikuti semua perintahNya adalah bentuk syukur kita pada Allah SWT.
Selain Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, Ibnu Qudamah juga menyebutkan hal yang sama. ”Syukur itu dapat terjadi dengan lisan, hati, dan perbuatan”. Begitu yang disampaikan oleh Ibnu Qudamah.
Bersyukur dengan hati adalah keinginan untuk selalu berbuat kebaikan. Bersyukur dengan lidah ialah mewujudkan rasa terima kasih kepada Allah melalui ucapan dalam bentuk pujian kepada-Nya.
Nah hijaber, seperti yang Allah SWT sampaikan dalam surat Luqman, ketika kita bersyukur itu adalah untuk kita sendiri. Mari perbanyak bersyukur agar hati lebih tenang dan tenteram dalam menerima ketentuanNya. Semua terjadi atas kehendak Allah SWT. Bisa jadi ketetapan Allah SWT itu berat menurut kita, tapi pasti ada kebaikan dan hikmah yang tersimpan dibaliknya.