• Photo :
        • Ilustrasi bau mulut.,
        Ilustrasi bau mulut.

      Sahijab – Body shaming adalah menghina bentuk tubuh atau fisik juga penampilan seseorang.  Dalam Islam, body shaming jelas dilarang.

      Meski demikian, masih banyak sekali Muslim dan Muslimah yang tanpa merasa bersalah melakukan body shaming pada sesamanya sendiri. Bahkan melakukannya sebagai sebuah bahan canda. Mirisnya, aneka acara lawak di stasiun televisi kerap melakukan body shamming sebagai obyek pembicaraan dan bahan lawakan. 

      Dunia digital yang makin meruyak kehidupan juga membuat perilaku body shaming bahkan bisa dilakukan oleh orang yang tak saling kenal. Fisik seseorang bisa menjadi hinaan dan dikomentari oleh mereka yang entah berada di mana.

      Baca juga: Ingin Bangun Pagi dengan Wajah Glowing? Lakukan 9 Hal Ini Setiap Malam

      Dalam Alquran, Allah SWT melarang kita mengolok-olok dan mengina orang lain. Allah berfirman,

      ﻳَﺎﺃّﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟّﺬِﻳﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﻻَﻳَﺴْﺨَﺮْ ﻗَﻮْﻡُُ ﻣِّﻦ ﻗَﻮْﻡٍ ﻋَﺴَﻰ ﺃَﻥ ﻳَﻜُﻮﻧُﻮﺍ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِّﻨْﻬُﻢْ ﻭَﻻَﻧِﺴَﺂﺀُُ ﻣِّﻦ ﻧِّﺴَﺂﺀٍ ﻋَﺴَﻰ ﺃَﻥ ﻳَﻜُﻦَّ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِّﻨْﻬُﻦَّ ﻭَﻻَﺗَﻠْﻤِﺰُﻭﺍ ﺃَﻧﻔُﺴَﻜُﻢْ ﻭَﻻَﺗَﻨَﺎﺑَﺰُﻭﺍ ﺑِﺎْﻷَﻟْﻘَﺎﺏِ ﺑِﺌْﺲَ ﺍْﻹِﺳْﻢُ ﺍﻟْﻔُﺴُﻮﻕُ ﺑَﻌْﺪَ ﺍْﻹِﻳﻤَﺎﻥِ ﻭَﻣَﻦ ﻟَّﻢْ ﻳَﺘُﺐْ ﻓَﺄُﻭْﻻَﺋِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤُﻮﻥَ

      “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” [Al-Hujurat/49 : 11].

      Dalam ayat yang lain, Allah SWT tegas mengatakan bahwa yang membedakan seseorang di sisi Allah adalah ketaqwaannya. Allah SWT tak membedakan seseorang dari kondisi fisik atau penampilan lahiriahnya seperti Ia sampaikan sebagai berikut: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS: Al-Hujurat: 13)

      Rasululllah sebagai teladan kehidupan sangat melarang perilaku menghina, bahkan sekadar menertawakan keadaan fisik seseorang. Hal tersebut banyak disampaikan dalam hadist yang

      Di antaranya adalah hadis riwayat Abu Daud dari Sayyidah Aisyah, dia berkata:

      عَنْ عَائِشَةَ ، قَالَتْ : قُلْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : حَسْبُكَ مِنْ صَفِيَّةَ كَذَا وَكَذَا ، قَالَ : غَيْرُ مُسَدَّدٍ تَعْنِي قَصِيرَةً ، فَقَالَ لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَوْ مُزِجَتْ بِمَاءِ الْبَحْرِ لَمَزَجَتْهُ , قَالَتْ : وَحَكَيْتُ لَهُ إِنْسَانًا ، فَقَالَ : مَا أُحِبُّ أَنِّي حَكَيْتُ إِنْسَانًا وَأَنَّ لِي كَذَا وَكَذَا

      “Saya pernah berkata kepada Nabi Saw, ‘Shofiyah itu begini dan begitu.’ Rawi selain Musaddad berkata, ‘Aisyah bermaksud mengatakan bahwa Shofiyah pendek.’ Maka Nabi Saw kemudian berkata, ‘Sungguh kamu telah mengucapkan suatu kalimat, yang seandainya kalimat tersebut dicampur dengan air laut niscaya ia akan mengubah rasanya.’ Saya juga pernah menirukan seseorang. Lalu beliau berkata, ‘Saya tidak suka mengejek seseorang, sekalipun saya akan memperoleh keuntungan ini dan itu.’ (HR. Abu Daud)

      Tak hanya itu, Rasulullah juga pernah melarang keras para sahabat menertawakan betis sahabat Rasul, Abdullah bin Mas’ud. Padahal, mereka tidak mengatakannya apa-apa hanya menertawakan. Abdullah bin Mas’ud adalah sahabat yang memiliki betis yang kecil. Ketika beliau mengambil ranting untuk dijadikan siwak, angin berhembus dan menyingkap betisnya yang kecil, lalu para sahabat tertawa karena melihat betis Ibnu Mas’ud yang kecil.

      Nabi shallallahu alaihi wasallam menegur para sahabat dan berkata, “Apa yang membuat kalian tertawa?”  Mereka berkata, “Wahai Nabi Allah, karena kedua betisnya yang kurus.”

      “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya sungguh kedua betis itu lebih berat di timbangan daripada gunung Uhud.” (HR Ahmad)

      Aisyah pernah berkata:

      ﻗَﺎﻟَﺖْ : ﻭَﺣَﻜَﻴْﺖُ ﻟَﻪُ ﺇِﻧْﺴَﺎﻧًﺎ ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻣَﺎ ﺃُﺣِﺐُّ ﺃَﻧِّﻲْ ﺣَﻜَﻴْﺖُ ﺇِﻧْﺴَﺎﻧًﺎ ﻭَ ﺇِﻥَّ ﻟِﻲْ ﻛَﺬَﺍ

      “Aku meniru-niru (kekurangan/cacat) seseorang pada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ”. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata :”Saya tidak suka meniru-niru (kekurangan/cacat) seseorang (walaupun) saya mendapatkan sekian dan sekian”.

      Dari ayat dan hadist di atas, tergambar jelas bahwa body shamming dalam Islam sangat dilarang.  Semoga penjelasan ini bisa membuat kita tersadarkan untuk mengurangi candaan yang menjurus pada body shamming. Bagaimana pun juga, kekurangan fisik pada seseorang pasti terjadi atas kehendakNya, lalu mengapa kita berani menghina apa yang menjadi ciptaanNya. 
       

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan