• Photo :
        • Ilustrasi berdoa.,
        Ilustrasi berdoa.

      Sahijab – Salah satu kewajiban anak adalah berbakti pada orang tuanya. Sebab, jika orang tua sakit hati lalu mendoakan yang buruk pada anaknya, Allah SWT bisa mengabulkan doa tersebut. Berbuat baik dan memuliakan orang tua juga salah satu adab dalam Islam.

      Nabi Muhammad SAW mengatakan ada tiga doa yang pasti terkabul,  doa buruk orangtua kepada anaknya, doanya musafir, dan doanya orang yang terdzalimi. (HR. Tirmidzi)

      Soal doa buruk orang tua kepada anaknya, Rasulullah membuktikannya. Ada sebuah kisah nyata yang membuktikan hal tersebut. Kisah ini terjadi pada Juraij, seorang alim yang mendapat kejadian buruk karena doa ibunya. Ibunda Juraij merasa sakit hati karena anaknya lebih mementingkan sholat ketimbang menjawab panggilannya.

      Doa buruk ibu Juraij membuat anaknya tertimpa fitnah yang mengerikan. Kisah tersebut diriwayatkan oleh Abu Hurairah sebagai berikut:

      ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

      “Tidak ada bayi yang dapat berbicara dalam buaian kecuali Isa bin Maryam dan (bayi di masa) Juraij” Lalu ada yang bertanya, ”Wahai Rasulullah siapakah Juraij?” Beliau lalu menuturkan kisah, ”Juraij adalah seorang rahib yang berdiam diri pada rumah peribadatannya (yang terletak di dataran gunung). Di sekitar tempat tinggal Juraij, ada seorang penggembala yang menggembalakan sapinya di lereng gunung tempat peribadatannya. Dan ada juga seorang perempuan dari suatu desa menemui penggembala itu, dan berzina dengan si penggembala. 

      Juraij rajin beribadah, dan banyak menghabiskan waktunya untuk sholat dan ibadah yang lain. Suatu ketika, ibu Juraij datang dan memanggil anaknya. Saat itu Juraij  sholat.  ”Wahai Juraij.” Juraij lalu bertanya dalam hatinya, ”Apakah aku harus memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan sholatku?”  Tapi akhirnya Juraij memilih mengutamakan sholatnya. Ibunya lalu memanggil untuk yang kedua kalinya. Juraij kembali bertanya di dalam hati, ”Ibuku atau sholatku?” Tapi lagi-lagi dia memilih mengutamakan sholatnya. Ibunya kembali memanggil untuk kali ketiga. Juraij bertanya lagi dalam hatinya, ”lbuku atau sholatku?”  Dan akhirnya ia  tetap mengutamakan sholatnya. Ibu Juraij akhirnya berhenti memanggil anaknya tersebut.  Tapi kemudian ia berdoa, “Semoga Allah tidak mewafatkanmu, wahai Juraij sampai wajahmu dipertontonkan di depan para pelacur.” Setelah itu sang ibu pergi meninggalkannya.

      Baca juga: Keutamaan Membaca Surat Al Ikhlas

      Berbulan kemudian, perempuan yang berzina dengan penggembala tersebut akhirnya hamil dan melahirkan seorang anak. Raja yang berkuasa di wilayah itu, juga warga yang tinggal di wilayah tersebut marah. Perempuan dan bayinya lalu dibawa ke istana Raja. 

      Raja lalu bertanya kepada wanita tersebut, ”Hasil dari (hubungan dengan) siapa (anak ini)?” “Dari Juraij”, jawab wanita itu. Raja lalu bertanya lagi, “Apakah dia yang tinggal di tempat peribadatan itu?” “Benar”, jawab wanita itu. Raja lalu meminta agar rumah Juraij dihancurkan dan pria tersebut dibawa menghadapnya. 

      Warga yang marah lalu menghancurkan rumah yang selama ini jadi tempat Juraij beribadah. Mereka membawa Juraij dengan leher yang diikat tali ke hadapan Raja. Dalam perjalanan menuju Raja, Juraij yang diikat melewati para pelacur. Ketika melihat mereka, Juraij tersenyum. 

      Raja lalu menanyakan pada Juraij, siapa ayah dari bayi yang digendong perempuan tersebut. Sebab, ibunya mengatakan bahwa Juraij adalah bapak dari anak itu. 

      Juraij lalu bertanya pada perempuan tersebut, “Apakah engkau telah berkata begitu?” Perempuan itu membenarkan.  Juraij lalu bertanya, ”Di mana bayi itu?” Orang-orang lalu menjawab, “(Itu) di pangkuan (ibu)nya.” Juraij lalu menemui si bayi, dan bertanya pada bayi itu, ”Siapa ayahmu?” Di luar dugaan seluruh yang hadir, bayi itu menjawab, “Ayahku si penggembala sapi.”

      Mendengar jawaban sang bayi, kontan sang Raja menyadari kesalahannya. Ia serta merta bertanya kepada Juraij,  “Apakah perlu kami bangun kembali rumah ibadahmu dengan bahan dari emas?” Juraij menjawab, “Tidak perlu”. “Ataukah dari perak?” lanjut sang raja. “Jangan”, jawab Juraij tetap menolak. “Lalu dari apa kami akan bangun rumah ibadahmu?”, tanya sang raja. Juraij menjawab sambil tersenyum, “Bangunlah seperti sedia kala.” 

      Raja lalu bertanya, “Mengapa engkau tersenyum?” Juraij menjawab, “(Saya tertawa) karena ada satu hal yang telah aku ketahui, yaitu terkabulnya do’a ibuku terhadap diriku.” 

      Kemudian Juraij pun memberitahukan doa buruk yang disampaikan sang ibu karena ia tak menjawab ibunya meski sudah tiga kali dipanggil.

      Begitulah kisah nyata Juraij yang tak memenuhi panggilan ibunya, karena memilih menyelesaikan sholat dan ibadahnya pada Allah SWT. Padahal sholat adalah kewajiban, tapi menghormati dan mendahulukan orang tua ternyata lebih wajib. Semoga ada hikmah yang bisa ambil dari kisah ini.

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan