• Photo :
        • Umat Islam menanti waktu berbuka puasa dengan takjil yang dibagikan warga Madinah di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, Selasa, 7 Mei 2019.,
        Umat Islam menanti waktu berbuka puasa dengan takjil yang dibagikan warga Madinah di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, Selasa, 7 Mei 2019.

      Selanjutnya, turun ayat Alquran yang berkaitan dengan puasa di bulan Ramadhan. Maka yang tadinya berpuasa pada 10 Muharram, digantikan oleh kewajiban berpuasa Ramadhan. 

      Nabi Muhammad SAW juga menyampaikan berpuasa pada 10 Muharram akan bisa mengampuni dosa-dosa selama satu tahun. "Puasa Asyura dapat menghapuskan dosa-dosa kecil setahun yang lalu," (HR Muslim).

      Kemudian, Nabi Muhammad SAW juga mengatakan, kalau seandainya masih diberi umur selama satu tahun ke depan, maka akan melaksanakan puasa pada 9 Muharram. Menurut Kiai Ahsin, puasa pada 9 Muharram, bertujuan supaya tidak sama antara puasanya Nabi dan kaum Yahudi.

      "Nabi ingin, agar supaya puasa sejak 9 Muharram sampai 10 Muharram. Jadi, dua hari puasanya, supaya berbeda puasanya dengan kaum Yahudi. Hanya saja, Nabi sebelum sampai Muharram tahun depan sudah wafat terlebih dahulu," kata Kiai Ahsin.

      Menurut Kiai Ahsin, ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan dari sejarah puasa Asyura ini. Pertama, puasa sunnah bentuk tenggang rasa dan toleransi Nabi terhadap orang Yahudi. Di sini, Nabi ikut berpuasa pada 10 Muharram, seperti yang dilakukan orang-orang Yahudi di Madinah.

      Nabi juga begitu sampai ke Madinah, sholatnya menghadap ke Baitul Maqdis di Yerusalem selama sekitar 1,5 tahun. Seperti orang-orang Yahudi di Madinah, yang sembahyang menghadap ke Baitul Maqdis. "Itulah cara Nabi bertoleransi terhadap orang Yahudi di Madinah," ujarnya.

      Kiai Ahsin juga menceritakan, saat belajar di Madinah, sempat diajak dosennya ke istana orang Yahudi, yang sangat memusuhi Nabi Muhammad SAW. Di sana ada mihrab yang masih menghadap ke Baitul Maqdis.

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan