• Photo :
        • Bocah lantunkan Al-Ikhlas,
        Bocah lantunkan Al-Ikhlas

      Mustahil dia beranak. Yang memerlukan anak hanyalah makhluk bernyawa yang menghendaki keturunan yang akan melanjutkan hidupnya. Seorang yang hidup di dunia ini merasa cemas kalau dia tidak mendapat anak keturunan. Karena, dengan keturunan itu berarti hidupnya akan bersambung. Orang yang tidak beranak kalau mati, selesailah sejarahnya hingga itu. 

      Tetapi, seseorang yang hidup, lalu beranak dan bersambung lagi dengan cucu, besarlah hatinya, karena meskipun dia mesti mati, dia merasa ada yang menyambung hidupnya.

      Untuk itu, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mustahil memerlukan anak. Sebab, Allah hidup terus, tidak akan pemah mati-mati. Dahulunya tidak bepermulaan dan akhimya tidak berkesudahan. Dia hidup terus dan kekal terus, sehingga tidak memerlukan anak yang akan melanjutkan atau menyambung kekuasaanNya sebagai seorang raja yang meninggalkan putera mahkota.

      Dan Dia, Allah itu, tidak pula diperanakkan. Tegasnya tidaklah Dia berbapa. Karena kalau Dia berbapa, teranglah bahwa si anak kemudian lahir ke dunia dari ayahnya, dan kemudian ayah itu pun mati.

      Wa lam yakul lahu kufuwan ahad

      "Dan tidak ada bagiNya yang setara, seorang jua pun."

      Kalau diakui Dia beranak, hendaknya Allah Tuhan itu mengenal waktu tua. Dia memerlukan anak untuk menyilihkan kekuasaanNya. Kalau diakui diperanakkan, tandanya Allah itu pada mulanya masih muda yaitu sebelum bapaNya mati. Kalau diakui bahwa Dia berbilang, ada bapa ada anak, tetapi kedudukannya sama, fikiran sihat yang mana jua pun akan mengatakan bahwa "keduanya" akan sama-sama kurang kekuasaannya.

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan