• Photo :
        • Ilustrasi Ibadah,
        Ilustrasi Ibadah

      Sahijab – Allah subhanahu wa ta'ala telah membekali manusia dengan fitrah untuk menerima hidayah, yaitu berupa akal. Akal itu fungsinya untuk membedakan antara yang baik dan buruk. Akal yang terdalam disebut juga dengan hati nurani atau qolbu.

      Qolbu atau hati ibarat sebuah cermin, jika cerminnya retak atau kotor, kita tidak mampu berkaca dengan sempurna. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan, jika seseorang melakukan kemaksiatan satu kali, akan timbul titik hitam pada hatinya. Coba, bayangkan jika kita seringkali melakukan kemaksiatan, betapa hitam hati kita.

      Baca juga: Makna dari Hidayah​

      Imam Al Ghazali mengatakan bahwa qalbu memiliki dua arti, pertama sebagai daging berbentuk sanubari yang ada di sisi kiri dada, kita menyebutnya dengan jantung. Di sisi lain, ada lubang yang berisi darah yang merupakan sumber ruh kehidupan. Arti kedua, bermakna ruhaniyyah, yang merupakan hakikat manusia. Qalbu yang mampu memahami, dan mengetahui, yang dibisiki, dan yang dicari, yang merasakan pahala dan siksa 

      Betapa sulit dan rumitnya upaya membersihkan hati dari dorongan syahwat dan naluri-naluri rendah lainnya. Berbagai urusan duniawi begitu menguasai hati kita, pikiran berkecamuk, dan perasaan bergejolak, karena iri atau dengki.

      Tetapi, kalau hati kita tidak dibersihkan, maka kelak di akhirat Allah akan meminta pertanggungjawaban hati kita, sebagaimana Allah akan meminta pertanggungjawaban penglihatan dan pendengaran kita. 

      Karena itulah, kita selalu berdoa, agar hati kita mendapat petunjuk-Nya. Doa ini dibacakan dalam momen dzikir terbaik yaitu dalam sholat. "Berilah kami hidayah berupa  jalan yang lurus." Karena, bisa saja Allah ta'ala mencabut petunjuk itu. Tak berlama-lama setelah kita selesai sholat, kita kembali dengan mudah melakukan berbagai maksiat.

      Semua yang kita minta di dunia ini, harus seirima dengan petunjuk-Nya. Karena, orang memiliki ilmu agama pun, bisa terseret dalam akhlak yang tercela, misalnya dengan melecehkan orang lain. Ia merasa dirinya lebih baik, lebih berilmu dan lebih sholeh. Ilmu bisa menjerumuskan kita pada kesombongan, sebagaimana iblis. 

      Untuk melihat bagaimana kondisi hati kita, maka simak ayat ini. Allah ta'ala berfirman,yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati  mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka ( karenanya) dan kepada tuhanlah mereka bertawakal.” (Q.S. Al-Anfal : 2)

      Getaran yang dimaksud dalam ayat ini, getaran perasaan yang menyentuh qalbu karena tertutup oleh keagungan-Nya, meluaplah rasa takutnya kepada-Nya, dan terbayanglah olehnya keagungan Allah dan kehebatan-Nya. Di samping itu, terbayang pula kekurangan dirinya dan dosa-dosanya, lantas termotivasi untuk melakukan amal dan ketaatan.

      Baca juga: Kurangnya Rasa Malu Adalah Tanda Matinya Hati​

      Bagaimana  kondisi  hati  kita  saat  ini? Apakah hati  ita mudah tergerak untuk melakukan ketakwaan ataukah sebaliknya? Semoga Alloh selalu memberi kita hidayah. Aaamiin.

      Sumber: Klik KHAZANAH Islamic Newsletter/Kholis Bakri

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan