Sahijab – Akhir-akhir ini, masyarakat sedang ramai membicarakan sosok bu Tedjo, karakter dalam film pendek hasil karya anak bangsa berjudul Tilik. Sikap nyinyir bu Tedjo sangat melekat dan menjadi sebuah fenomena sosial, karena masih banyaknya masyarakat yang bersikap demikian.
Salah satu contoh sifat buruk manusia, berasal dari lisannya. Lidah manusia dapat diibaratkan seperti pisau yang memiliki dua fungsi, bisa menjadi manfaat bagi orang lain apabila tujuannya baik, namun dapat menjadi berbahaya dan menyakiti orang lain apabila tujuannya buruk.
Nyinyir adalah suatu perbuatan yang menurut Islam adalah perbuatan tercela dan dosa, serta menjadi bahaya bagi lidah kita. Perbuatan nyinyir hampir sama dengan menyindir, mencemooh, atau mencela. Maka, dapat disimpulkan hukumnya tidak jauh berbeda dengan hukum menyindir orang dalam Islam.
Baca juga: Pentingnya Menjaga Lisan: Pilih, Bicara yang Baik atau Diam
Sebagai seorang Muslim yang baik, alangkah lebih baik lagi, jika kita tidak melakukan perbuatan nyinyir. Allah SWT telah memperingatkan hambanya, untuk tidak mencela ataupun mencemooh orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Seperti firman Allah dalam (QS. Al-Hujurat[11] :
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka yang (yang diolok-olokkan lebih baik dari mereka yang (mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan mengolok-ololk perempuan yang lain, karena boleh jadi perempuan (yang diolok-olok) lebih baik daripada yang mengolok-olok. Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (paggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan, barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”