• Photo :
        • Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid, Bandung KH Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym.,
        Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid, Bandung KH Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym.

      Sahijab – Ada yang mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, memiliki derajat yang sama. Sehingga, satu sama lain tidak boleh saling merasa paling benar. Apalagi, sampai meremehkan orang lain. 

      Lalu, bagaimana pendapat dari Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid, Bandung, KH Abdullah Gymnastiar, atau yang akrab disapa Aa Gym?

      Baca juga: Mengeluh Menurut Islam, Aa Gym: Tanda Kufur Nikmat​

      Menurut Aa Gym, seperti dikutip Sahijab dari Republika.co.id, sebetulnya sangat mudah bagi kita untuk mengetahui tinggi rendahnya derajat diri di sisi Allah SWT. Ada tiga tolak ukur, mengutip hadits riwayat al-Hakim. Rasulullah SAW bersabda: 

      من كان يحب أن يعلم منزلته عند الله فلينظر كيف منزلة الله عنده ، فإن الله ينزل العبد منه حيث أنزله من نفسه

      "Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah, maka hendaknya memperhatikan bagaimana kedudukan Allah dalam hatinya. Maka, sesungguhnya Allah menepatkan (mendudukan) hamba-Nya, sebagaimana hamba itu mendudukan Allah dalam jiwanya (hatinya)”.

      Tiga tolok ukur seberapa derajat Anda di sisi Allah tersebut, yaitu:

      1. Dari frekuensi ingat 

      Dalam 24 jam waktu yang kita miliki tiap hari, berapa jam kita ingat Allah. Saat sholat, apakah kita ingat Allah atau ingat yang lain. Saat makan, apakah kita ingat pada Dzat yang mengaruniakan makanan tersebut, atau malah mencela makanan. 

      Saat berangkat kerja, apakah kita sudah meniatkannya sebagai sarana ibadah atau sekadar mencari uang. Saat di perjalanan, apakah kita sibuk berdzikir, serta menafakuri ayat-ayat Allah atau malah mata kita jelalatan. Bila hati kita selalu nyambung pada Allah dalam kondisi apa pun juga, maka sesungguhnya Allah telah meninggikan derajat. 

      2. Sejauh mana usaha kita untuk "menyenangkan" Allah 

      Tinggi rendahnya derajat kita di sisi Allah, dapat terlihat dari senang tidaknya kita melakukan amalan yang dicintai Allah dan Rasul-Nya. Allah menyukai sholat berjamaah 27 kali lipat daripada sholat sendirian.

      Apakah kita termasuk orang yang bersegera pergi ke masjid, tatkala adzan berkumandang, atau malah sibuk dengan urusan dunia? Allah menyukai kedermawanan. Apakah kita sudah termasuk orang yang dermawan? Allah menyukai hamba-hamba yang dekat dengan Alquran. Apakah kita telah bersungguh-sungguh berinterkasi dengan Alquran? Semakin kita gigih "menyenangkan" Allah dengan melakukan amalan yang dicintai-Nya, insya Allah derajat kita akan tinggi di sisi-Nya.

      3. Sejauh mana kegigihan kita menghindarkan diri dari maksiat 

      Salah satu ciri kedekatan seorang hamba dengan Allah, terlihat dari kesungguhannya dalam menjauhi maksiat. Adalah kenyataan bila manusia tidak akan pernah luput dari dosa. 

      Namun, orang-orang yang berkedudukan tinggi di sisi Allah, akan segera bertobat saat ia terjerumus ke dalam maksiat. Ia menyesal, kemudian ber-azam untuk tidak mengulangi kesalahan, dan menggantinya dengan kebaikan yang lebih banyak. Sebaliknya, orang yang jauh dari Allah akan bahagia dengan dosa, tidak memiliki penyesalan, dan mengulanginya lagi di lain kesempatan. 

      Baca juga: Nafsu dan Sabar Jadi Penentu Derajat Manusia di Dunia

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan