• Photo :
        • Sabar,
        Sabar

      Sahijab – Apa janji Allah Subhanahu wa ta'ala itu? Yaitu, balasan bagi orang-orang yang bersabar. Sebab, siapapun kita, akan diuji dengan sedikit saja rasa takut, rasa lapar, dan berbagai kekurangan lainnya.

      Memang, kita begitu sering mendengar kata sabar, dan biasanya kata sabar selalu dikaitkan dengan musibah dan ujian. 

      Sabar adalah permintaan Allah SWT dan Rasulnya bagi setiap muslim yang sedang mendapat musibah dan ujian. Banyak hikmah yang bisa didapatkan ketika memilih sabar sebagai cara yang kita pilih dalam menerima ketetapan Allah SWT.

      Baca juga: Belajar Sabar dari Nabi Ayyub

      Salah satu tanda-tanda mukmin sejati adalah selalu sabar ketika menghadapi musibah, termasuk menghadapi musibah Covid-19. Seorang mukmin sejati, akan selalu menerima semua yang ditetapkan oleh Allah SWT.

      Dalam kitabnya yang berjudul “Nashaihul ‘Ibad," Syekh Nawawi Al-Bantani, seperti dikutip Sahijab dari Republika.co.id, telah menjelaskan tanda-tanda seorang mukmin sejati. Dia menceritakan, pada suatu hari Nabi SAW menemui sahabatnya lalu bertanya: 

      كَيْفَ اَصبَحْتُمْ ؟ قَالُوْا : اَصْبَحْنَا مُؤْمِنِيْنَ بِاللهِ فَقَالَ : وَمَا عَلَامَةُ إِيْمَانِكُمْ ؟ قَالُوْا : نَصْبِرُ عَلَى الْبَلَاءِ وَنَشْكُرُ عَلَى الرَّخَاءِ وَتَرْضَى بِالْقَضَاءِ. فَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : اَنْتُمُ الْمُؤْ مِنُوْنَ حَقًّا وَرَبِّ الْكَعْبَةِ

      “Bagaimana keadaan kalian ketika memasuki pagi hari? Mereka menjawab: ‘Kami berada dalam keadaan beriman kepada Allah’. Beliau bertanya lagi: Apakah tanda-tanda keimanan kalian?”

      Mereka menjawab:

      Pertama, kami bersabar terhadap musibah atau cobaan yang datang dari Allah SWT.

      Kedua, kami bersyukur atas nikmat kelapangan

      Ketiga, kami menerima semua ketatapan Allah

      Rasulullah SAW kemudian bersabda, “Kalau begitu, kalian benar-benar orang mukmin, demi Tuhan pemilik Ka’bah.”

      Syekh Nawawi Al-Bantani, kemudian menjelaskan tentang sabar sebagai tanda keimanan yang pertama. Menurut dia, sebagian ahli makrifat berkata bahwa sabar itu ada tingkatan:

      Pertama, sabar dengan tidak mengeluhkan apa pun yang dialami. Sabar yang demikian adalah sabar tingkat tabi’in.

      Kedua, sabar dengan menerima segala yang ditetapkan Allah SWT. Sabar yang demikian adalah sabar tingkatan orang-orang zuhud.

      Ketiga, sabar dalam pengertian menghadapi semua musibah dengan senang hati. Sabar yang demikian adalah sabar tingkatan pada shiddiqin.

      Dalam penjelasannya ini, Syekh Nawawi juga mengutip sebuh hadits. Rasulullah SAW bersabda: 

      اُعْبُدِ اللهَ عَلَى الرِّضَا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَفِى الصَّبْرِ عَلَى مَا تَكْرَهُ خَيْرٌ كَثِيْرٌ 

      “Sembahlah Allah dengan senang hati. Jika kamu tidak mampu, maka hal terbaik bagimu adalah bersikap sabar menghadapi nasib yang tidak kamu sukai.”

      Baca juga: Menjaga Amanah, Ciri Utama Mukmin

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan