• Photo :
        • Iblis,
        Iblis

      Sahijab – Iblis tak akan membiarkan para penguasa berada dalam jalan yang benar. Iblis membisiki mereka, untuk mengumpulkan harta kekayaan negara, demi kepentingan dirinya dan kroni-kroninya. Iblis mengelilingi mereka, memberitahu celah apa saja yang bisa dikorupsi. Harta negara seolah-olah jadi harta miliknya.

      Untuk mengamankan kekuasaannya, iblis membisiki mereka dengan cara mengangkat para pejabat dari kalangan terdekat, baik keluarga maupun dari golongannya tanpa mempertimbangkan kepatutan dan keahliannya, apalagi moralitasnya. Karena, iblis telah membenamkan rasa takut di dadanya terhadap musuh-musuh politiknya atau orang-orang yang selalu mengkritiknya.

      Tak lupa, iblis pun berbisik, “keluarkanlah kebijakan kebijakan yang menguntungan dirinya dan kelompoknya, tak perlu memperhatikan kesejahteraan rakyat."  Iblis sangat senang. apa yang mereka lakukan menyelisihi sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. “Sebaik-sebaik pemimpin adalah yang dicintai rakyatnya dan ia juga mencintai rakyatnya”. (HR. Muslim). Begitu pula,” sejahat-jahat pemimpin adalah yang berlaku kejam terhadap rakyatnya.” (HR. Bukhari Muslim)

      Iblis berusaha menjauhkan keadilan dari diri sang penguasa. Ketika orang orang terdekatnya melakukan kesalahan dan pelanggaran, ia berpura-pura tidak mengetahuinya dan mengabaikannnya. Tetapi, jika rakyat jelata yang bersalah, ia akan bersikap tegas. Kesalahan yang kecil dibuatnya menjadi besar, hingga ia terkesan telah menegakan supremasi hukum.

      Iblis menanamkan rasa enteng untuk berbuat dosa, seolah-olah dosa mudah terhapus dengan berbuat satu kebajikan atau mengunjungi alim ulama, kemudian memohon doa mereka. Seolah-olah mereka telah berada dalam barisan yang akan mendapat ampunan Allah.  Ia pun berkata kedzoliman yang dilakukannya, karena mengikuti perintah atasannya…. “dosanya akan ditanggung atasanku bukan di pundakku.”  

      Dalam islam, tidak ada dosa warisan. masing masing akan menanggung dosanya sendiri. sebagaimana firman Allah Ta’ala, “tidaklah seseorang yang berdosa akan menanggung dosa yang lain.” (QS an Najm: 38)

      Rasa bangga dan istimewa sebagai penguasa. merupakan salah satu bentuk perangkap iblis. “Saya adalah pejabat negara, jadi  wajar saya diperlakukan sangat istimewa. dan disambut secara meriah…”.  Penguasa yang seperti ini. begitu pandai memoles diri,  hingga citranya selalu baik di mata rakyat.

      Penguasa seperti ini tak pernah merasa dirinya kurang, apalagi bersalah. ia akan menghancurkan siapa saja yang mengkritiknya dan menilai dirinya jelek. iblis membujuk mereka untuk bertindak menurut pikirannya sendiri dan tak mau mendengar nasihat orang lain, apalagi aspirasi rakyatnya.

      Karena itulah, hati-hatilah dengan sosok pemimpin yang sesat dan menyesatkan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam  telah mengingatkan dalam sabdanya seperti ditulis dalam al mu’jam al kabir imam Thabrani. ”Akan datang kepada kalian para pemimpin, yang jika ditaati, justru akan menyesatkanmu. Sedangkan jika dibantah, maka kalian akan dibunuh.” Pada saat itu, para sahabat yang hadir bertanya;” lalu apa yang harus kami lakukan, ya rasulullah?” Kemudian beliau bersabda; “jadilah kamu seperti sahabat-sahabat Isa alaissalam. Mereka dipakukan pada kayu dan gergaji. Kematian dalam mentaati  Allah itu lebih baik daripada kehidupan dalam maksiat.” 

      Kekuasaan yang mereka raih saat ini bukanlah wujud cinta dan anugerah Allah terhadap dirinya. Tetapi, Allah membiarkan mereka menari-nari dalam kekuasaannya agar bertambahlah dosa mereka. Allah sengaja menangguhkan azab untuk mereka, sehingga tiba saatnya yang tepat. Begitu dahsyat azab Allah untuk mereka.

      Sumber: Klik KHAZANAH Islamic Newsletter/Kholis Bakri

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan