• Photo :
        • Ilustrasi hati.,
        Ilustrasi hati.

      Sahijab – Rasulullah SAW menjamin surga bagi siapa saja di antara kaum Muslimin yang sanggup menjaga dua hal, yaitu menjaga apa yang terdapat di antara kedua bibirnya atau lisan dan menjaga apa yang terdapat di antara kedua kakinya (kemaluan).

      Mengapa penjagaan terhadap lisan, menempati posisi yang sangat penting di dalam agama ini? Sebab, fakta memperlihatkan betapa lisan manusia mampu menimbulkan kekacauan sosial dan konflik yang berkepanjangan. Pertikaian seringkali bermula dari lidah yang tidak dijaga dengan baik.

      "Sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging. Apabila dia baik, maka baiklah seluruh jasad. Tetapi, apabila dia rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah, dia itu adalah hati." (Muttafaq alaih).

      Baca juga: Aa Gym Mengajak Baca Doa Ini agar Lisan Selalu Terjaga

      Hati adalah unsur yang paling penting dalam ajaran Islam, bahwa yang dinilai dari urusan-urusan dalam masalah agama adalah intinya, bukan kulitnya; hakikatnya, bukan bentuknya, dan hatinya bukan badan atau lisannya. Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk dan harta kalian, tetapi Dia melihat pada hati dan amal kalian.''

      Para ulama terdahulu telah menulis kitab yang memuat pelajaran penting untuk umat Islam, termasuk dalam hal menjaga mulut dan hati. Seperti dalam surat ar-Rum (30) ayat 41, Alllah SWT berfirman:

      ظهرالفساد فى البر والبحر 

      Dhaharal fasadu fil barri wal bahri

      “Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan”. 

      Dalam kitabnya yang berjudul “Nashaih al-Ibad”, seperti dikutip Sahijab dari Republika.co.id, Syekh Nawawi Al-Bantani menjelaskan bahwa dalam menfasirkan ayat tersebut, Abu Bakar al-Shiddiq berkata:

      البر هواللسان والبحر هوالقلب. فإذا فسد اللسان بكت عليه النفوس وإذا فسد القالب بكت عليه الملائكة

      Albirru huallisanu wal bahru hual qalbu. Faidza fasadallisanu bakat alaihin nufuusu waidza fasadal qalbu bakat alaihil malaikatu.

      “Yang dimaksud daratan adalah lisan, sedangkan lautan maksudnya adalah hati. Apabila lisan rusak (sebab mencela, misalnya), maka menangislah jiwa-jiwa (orang-orang dari keturunan Nabi Adam). Dan bila hati rusak (sebab riya misalnya), maka menangislah malaikat.”

      Syekh Nawawi Al-Bantani juga menjelaskan, hikmah mulut berjumlah satu adalah agar menjadi peringatan bagi manusia untuk tidak banyak berbicara, kecuali berkaitan dengan dengan hal-hal yang dia ketahui dan mengandung kebaikan.

      Selain itu, menurut Syekh Nawawi, mulut berdzikir dengan segala bahasa, tetapi tujuan dzikir tersebut hanya satu, yakni Allah Yang Maha-Esa. 

      Demikian pula, hati yang diciptakan hanya berjumlah satu. Sedangkan telinga dan mata diciptakan dua. Karena, menurutnya, kebutuhan untuk mendengar dan melihat lebih banyak daripada kebutuhan untuk berbicara. “Hati diserupakan dengan lautan karena sama-sama sangat dalam dan luas,” kata Syekh Nawawi.

      Baca juga: Cerita Ulama Bebas dari Dosa karena Selamatkan Kucing

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan