• Photo :
        • Ribuan orang tumplak atau berkumpul dan memenuhi GOR Haji Agus Salim di Padang, Sumatera Barat, untuk Deklarasi Padang Anti-Maksiat dan menolak LGBT pada 18 November 2018. (Foto Ilustrasi),
        Ribuan orang tumplak atau berkumpul dan memenuhi GOR Haji Agus Salim di Padang, Sumatera Barat, untuk Deklarasi Padang Anti-Maksiat dan menolak LGBT pada 18 November 2018. (Foto Ilustrasi)

      Sahijab – Hidup di lingkungan dengan beragam budaya dan etnis, bukan tidak mungkin kita melihat pelaku kemaksiatan bahkan di depan mata kita. Perilaku maksiat itu sendiri memang beragam, bukan hanya berzina, tetapi bisa saja seperti jahil hingga berkata bohong.

      Apalagi di zaman modern seperti saat ini, banyak hal-hal yang mengarah kepada kemaksiatan justru dijadikan sebuah konten. Lalu bagaimana seorang mukmin atau orang yang beriman menyikapi pelaku dan perilaku mereka?

      Baca Juga: Allah SWT Perlakukan Orang Mukmin Secara Khusus

      Menyikapi Pelaku Kemaksiatan

      Dikutip Saijab dari Saaid, sebuah buku karya Imam Masjid Nabawi, Abdul Muhsin Bin Muhammad Al Qasim yang berjudul Langkah Pasti Menuju Bahagia menjelaskannya. Di mana di sana disebutkan bagaimana sikap orang beriman, saat melihat pelaku kemaksiatan.

      Hal ini dikaitkan dengan firman Allah Azza wa Jalla di dalam Alquran surat Al-A'raf ayat 152, berikut bunyinya:

      اِنَّ الَّذِيۡنَ اتَّخَذُوا الۡعِجۡلَ سَيَنَالُهُمۡ غَضَبٌ مِّنۡ رَّبِّهِمۡ وَذِلَّـةٌ فِى الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا‌ ؕ وَكَذٰلِكَ نَجۡزِىۡ الۡمُفۡتَرِيۡنَ

      Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sembahannya), kelak akan menerima kemurkaan dari Tuhan mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebohongan.

      Surat di atas kemudian ditegaskan lagi oleh hadits Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, sebagai berikut:

      جُعِلَ الذِّلَّةُ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي

      Artinya: "Dijadikan kehinaan dan kerendahan bagi siapa yang menyelisihi perkaraku." (HR Bukhari).

      Makna di atas menyebutkan, jika orang beriman harus selalu rendah hati dan menjauhkan dari kehinaan atau kemaksiatan. Karena akan sangat sulit ketika pelaku kemaksiatan diberikan nasihat, selama mereka tidak menginginkannya.

      Untuk itu, saat kita melihat pelaku kemaksiatan lebih baik seorang mukmin menjauhinya jika memang tidak mampu untuk mencegahnya.

      Allah Azza wa Jalla akan menghargai orang yang beriman dan taat kepadanya. Terutama saat melihat sebuah kemaksiatan sedang terjadi di depan matanya.

      وَلِلّٰهِ الۡعِزَّةُ وَلِرَسُوۡلِهٖ وَلِلۡمُؤۡمِنِيۡنَ

      Artinya: "Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin." (QS Al-Munafiqun: 8). 

      Namun, sikap seorang mukmin kepada pelaku kemaksiatan tidak boleh memusuhi, tetapi lebih baik memberikan akhlak yang baik. Agar mereka bisa mencontoh jika seorang mukmin taat kepada Allah dan rasul-Nya.

      Baca Juga: Tanda Seorang Mukmin Sejati dan Tingkatan Sabar

      Berikanlah nasihat yang sangat lembut dan penuh kebijaksanaan, agar mereka menjauhi perilaku yang dimurkai Allah Azza wa Jalla.

      Wallahu alam bishawab.

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan