Sahijab – Memasuki bulan Syawal kita disunnahkan mengerjakan puasa sebanyak enam hari berturut-turut, yang pahalanya setara setahun berpuasa. Namun ada juga yang menyebutkan, kita juga harus mengerjakan sholat sunnah utaqo untuk memudahkan segala hajat kita.
Apakah benar demikian? Niat sholat utaqo dan keutamaannya ini telah banyak dibahas di beberapa situs, namun dengan menyertakan dalil berupa hadits dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Hadits tersebut sangat panjang, dan disebutkan bagaimana keutamaan sholat utaqo beserta dengan niat dan tata caranya. Lantas kenapa hadits tersebut disebut palsu? Berikut ulasan lengkapnya.
Baca Juga: 4 Keutamaan Bulan Syawal dan Amalannya yang Harus Diperbanyak
Sholat al-Utaqa atau disebut juga utaqo, ada amalan di bulan Syawal berupa sholat 8 rakaat. Dan ini ditulis dalam satu bab khusus di Kitab Al-Ghunyah Lithaalibi Thariq al-Haq dari Syekh Abdul Qadir bin Musa bin Abdillah al-Jailani (470-561), hal: 426-427.
Satu hadits yang cukup panjang dituliskan dalam kitab tersebut. Dari Anas Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
من صلى فى شوال ثمانى ركعات ليلا كان او نهارا،يقرأ فى كل ركعه بفاتحة الكتاب وخمس عشرة مرة قل هو الله احد > فإذا فرغ من صلاته سبح سبعين مرة ، وصلى على النبى صلى الله عليه وسلم سبعين مرة،
"Siapa shalat di Syawal sebanyak 8 rakaat di malam atau siang hari; di setiap rakaatnya ia membaca al-Fatihah dan al-ikhlas sebanyak 10 kali, apabila ia selesai dari shalatnya ia bertasbih sebanyak 70 kali dan bershalawat atas Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sebanyak 70 kali."
Kemudian hadits itu menyebutkan keutamaan dari sholat utaqo:
والذى بعثنى بالحق نبيا ما من عبد يصلى هذه الصلاة الا أنبع الله له ينابيع الحكمه فى قلبه وأنطق بها لسانه وأراه داء الدنيا ودواءها
"Dan demi Dzat yang telah mengutusku dengan kebenaran sebagai Nabi, tidaklah seorang hamba mengerjakan shalat ini kecuali Allah akan memancarkan untuknya sumber-sumber hikmah di dalam hatinya, membimbing bicara lisannya, dan memperlihatkan kepadanya penyakit dunia dan obatnya.."
والذى بعثنى بالحق نبيا من صلى هذه الصلاه كما وصفت لايرفع رأسه من أخر سجوده حتى يغفر الله له، وإن مات مات شهيدا مغفورا له
"Dan demi Dzat yang telah mengutusku dengan kebenaran sebagai Nabi, siapa mengerjakan shalat ini sebagaimana yang aku jelaskan tidaklah ia mengangkat kepalanya di akhir sujudnya sehingga Allah mengampuninya dan jika ia meninggal maka mati syahid yang diampuni dosa-dosanya."
"Dan tidaklah seorang hamba mengerjakan shalat ini di perjalanan kecuali Allah mudahkan perjalanannya dan kepergiannya ke tempat tujuannya. Jika ia orang yang berhutang maka Allah tutupkan hutangnya, jika ia memiliki hajat niscaya Allah penuhi hajatnya."
"Dan demi Dzat yang telah mengutusku dengan kebenaran sebagai Nabi, tidaklah seorang hamba mengerjalan shalat ini kecuali Allah Taala memberinya satu kebun di surga dengan sebab satu huruf dan satu ayat. Ditanyakan kepada beliau: Apa itu kebun wahai Rasulullah? Beliau menjawab: kebun-kebun di surga dimana seorang penunggang kuda melaju di bawah naungan satu pohon dari pohon-pohon di dalamnya selama seratus tahun, lalu ia tidak keluar darinya."
Berdasarkan penelusuran Sahijab, menurut Abu Muhammad Khalid al-Syafi'i di Multaqa' Ahlil Hadits, status hadits tersebut palsu:
قلت : الحديث لا يصح ، ورائحة الوضع فيه واضحة كوضوح الشمس في رابعة النهار
"Aku katakan: hadits ini tidak shahih. Aroma kepalsuannya sangat jelas sebagaimana terangnya matahari di tengah siang."
Di hadits tersebut ada periwayat bernama Yahya bin Syabib al-Yamani. Menurut Imam al-Dzahabi di al-Mizan bahwa ia pernah meriwayatkan dari Al-Tsauri sesuatu yang belum dikatakan olehnya sama sekali.
Imam Ibnu Hibban berkata: Ia (Yahya bin Syabib) tidak dijadikan hujjah dalam kondisi apapun. Al-Khatib al-Baghdadi menyebutkan biografi Yahya bin Syabib ini seraya berkata:
روى أحاديث باطلة
"Terbukti ia telah meriwayatkan hadits-hadits batil."
Tidak hanya periwayatnya yang diragukan, isi atau matan dalam hadits di atas sangat terlihat keanehannya dan itu sangat banyak. Sehingga bisa diambil kesimpulan, jika niat sholat utaqo dan keutamaannya tidak layak dikerjakan.
Baca Juga: Cara Melaksanakan Puasa Syawal
Namun jika Anda ingin bepergian, memiliki hutan atau hajat lainnya ada beberapa doa yang shahih yang bisa diamalkan.
Wallahu a'lam.