• Photo :
        • Ilustrasi makan banyak.,
        Ilustrasi makan banyak.

      Sahijab – Ada beberapa penyebab hati keras dalam Islam dan itu tidak boleh dibiarkan, karena dalam agama ini penuh kelembutan. Hal ini dikarenakan salah satu sifat Allah dalam Asmaul Husna adalah Al Lathiif atau Yang Maha Lembut.

      Demikian juga dengan akhlak yang dicontohkan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang begitu lembut kepada siapapun. Bahkan, Beliau tidak pernah dendam kepada orang kafir yang melemparkan kotoran begitu juga saat menghadapi para sahabat.

      Jika hati kita keras, maka akan sangat mudah melakukan perbuatan maksiat dan keji lainnya tanpa takut dosa. Dan hati yang keras termasuk salah satu penyakit hati sehingga kita harus tahu cara melunakkan, dan melembutkannya sehingga mudah mendapatkan hidayah.

      Dikutip Sahijab dari Kemenag, Penyuluh Agama Islam Kecamatan Bojong Genteng, Yudi Yansyah S.Pd.i menyebutkan lima penyebab hati keras. Rasulullah Shallallahu 'aliahi wa sallam berdoa untuk selalu berlindung dari kerasnya hati.

      "Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan." (HR. Muslim)

      Baca Juga: Urutan Doa Ziarah Kubur Orang Tua yang Wajib Kamu Ketahui

      Berikut 5 penyebab hati keras dalam Islam:

      1. Menganggap remeh dosa kecil

      Allah Azza wa Jalla berfirman dalam Alquran: "Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka." (QS. Al Muthoffifin: 14)

      Makna ayat di atas dijelaskan di dalam hadits berikut ini:

      Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan 'ar raan' yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya),

      Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka." (HR. Tirmidzi).

      2. Makan terlalu banyak

      Penyebab hati keras kedua adalah berhubungan dengan perut, di mana makanan bisa menjadi penyebabnya. Dari Bisyr bin Harits, "Dua hal yang mengeraskan hati; banyak bicara dan banyak makan."

      Makan terlalu banyak juga bisa membuat malas, kurang bergerak hingga mudah terserang penyakit mematikan seperti diabetes. Ujungnya, kita akan malas untuk beribadah, membaca Aquran dan mengikuti kajian-kajian agama Islam.

      3. Tertawa terbahak-bahak

      Rasulullah Shallallahu 'aliahi wa sallam mengingatkan dalam sebuah hadits berikut ini: "Banyak tertawa itu mematikan hati." (HR. Ahmad)

      Ini bukan berarti kita tidak boleh tertawa, tetapi harus mengetahui dan membatasinya agar tidak membuat hati keras. Nabi Shallallahu 'aliahi wa sallam bahkan menyuruh umatnya untuk lebih banyak menangis dan takut kepada Allah Azza wa Jalla, dibandingkan banyak tertawa apalagi sampai terbahak-bahak.

      4. Bicara terlalu banyak

      Penyebab hati keras berikutnya adalah berbicara terlalu banyak, Rasulullah Shallallahu 'aliahi wa sallam bersabda: "Tidak akan lurus iman seorang hamba hingga lurus hatinya. Dan tidak akan lurus hatinya hingga lurus lisannya." (HR. Ahmad).

      Berikutnya Nabi Shallallahu 'aliahi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata benar atau diam." (HR. Muslim, Baihaqi dan lainnya)

      Namun, diam dan sedikit bicara bukan berarti kita membiarkan kedzaliman. Tetapi kita harus tahu, kapan saat berbicara kebenaran dan kapan saat diam untuk menghindari keburukan.

      Baca Juga: Ditanya Suka Mencukur Bulu Kemaluan, Ini Jawaban Anak-anak Muda

      5. Memiliki teman yang buruk

      Memiliki teman memang tidak pernah dilarang di dalam Islam, justru kita harus mencari sebanyak-banyaknya. Tetapi ingat, teman tersebut harus selalu mengajak kita kepada kebaikan dan bukan sebaliknya.

      "Dan (Ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: Aduhai kiranya (dulu) Aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.’ Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya Aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia Telah menyesatkan Aku dari Al-Quran ketika Al-Quran itu Telah datang kepadaku. dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia”. (QS. Al-Furqan: 27-29).

      Wallahu a'lam

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan