• Photo :
        • Ilustrasi Berdoa,
        Ilustrasi Berdoa

      Sahijab – Membaca sholawat Al Barzanji sering dibacakan di majelis-majelis, terutama di menjelang dan sepanjang Maulid Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallamMembaca sholawat sendiri harus senantiasa kita ucapkan, agar kelak mendapatkan syafaat dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di hari akhirat. 

      Berikut Sahijab sajikan sholawat Al Barzanji dan artinya untuk Maulid Nabi paling lengkap, yang diambil dari berbagai sumber. Dan sholawat ini menceritakan perjalanan mulai dari sebelum kelahiran Beliau sampai perjalanan berdakwahnya.

      Baca Juga: 10 Kata-kata Menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW di Tahun 2021

      Bismillâhir-rahmânir-rahîm. Abtadi-ul imlâ-a bismidz-dzâtil 'aliyyah, mus-tadirran faydhal-barakâti 'alâ mâ anâlahu wa awlâh. Wa utsannî bihamdin mawâriduhu sâighatun haniy-yah, mumtathiyan minasy-syukril- jamîli mathâyâh. Wa ushallî wa usallimu 'alan-nûril mawshûfi bit-ta-qaddumi wal-awwaliyyah. Al-mutanaqqili fil-ghurarilkarîmati wal-jibâh. Wa astamnihullâha ta'âlâ ridh-wânan yakhushshul-'itratath-thâhiratan-nabawiy-yah. Wa ya'ummush-shahâbata wal atbâ'a wa manwâlâh. Wa astajdîhi hidâyatan lisulûkis-subulil-wâdhihatil  jaliyyah. Wa hifzhan minal ghawâyati fî khithathil khatha-i wa khuthâh. Wa ansyuru minqishshatil-mawlidin-nabawiyyi burûdan hisânan'abqariyyah. Nâzhiman minan-nasabisy-syarîfi'iqdan tuhallal masâmi'u bihulâh. Wa asta'înubihawlillâhi ta'âlâ wa quwwatihil-qawiyyah. Fainnahu lâ hawla walâ quwwata illâ billâh.

      Artinya: 

      Dengan nama  Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Aku mulai membacakan dengan nama Dzat Yang Maha tinggi. Dengan memohon limpahan keberkahan atas apa yang Allah berikan dan karuniakan ke padanya (Nabi Muhammad SAW). Aku memuji dengan pujian yang sumbernya selalu membuatku menikmati. Dengan mengendarai rasa syukur yang indah. Aku mohonkan sholawat dan salam (rahmat dan kesejahteraan) atas cahaya yang disifati dengan kedahuluan (atas makhluk lain) dan keawalan (atas seluruh makhluk). Yang berpindah-pindah pada orang-orang yang mulia. Aku memohon kepada Allah karunia keridhaan yang khusus bagi keluarga beliau yang suci. Dan umumnya bagi para sahabat, para pengikut, dan orang yang dicintainya. Dan aku meminta tolong kepada-Nya agar mendapat petunjuk untuk menempuh jalan yang jelas dan terang. Dan terpelihara dari kesesatan di tempat-tempat dan jalan-jalan kesalahan. Aku sebar luaskan kain yang baik lagi indah tentang kisah kelahiran Nabi SAW. Dengan merangkai puisi mengenai keturunan yang mulia sebagai kalung yang membuat telinga terhias dengannya. Dan aku minta tolong dengan daya Allah Ta'ala dan kekuatan-Nya yang kuat. Karena, sesungguhnya tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.

      Wa ba'du. Fa aqûlu huwa sayyidunâ muham-madubnu 'abdillâhibni 'abdil muththalibi wasmuhusyaybatul hamdi humidat khishâluhus-saniyyah.Ibni hâsyimin wasmuhu 'amrunibni 'abdi manâfinwasmuhul mughîratul-ladzî yantamil-irtiqâ’u li'alyâh.Ibni qushayyin wasmuhu mujammi'un summiya bi-qushayyin litaqâshîhi fî bilâdi qudhâ'atal qashiyyah.Ilâ an a'âdahullâhu ta'âlâ ilal-haramil-muhtaramifahama himâh. Ibni kilâbin wasmuhu hakîmubnimurratabni ka'bibni luayyibni ghâlibibni fihrinwasmuhu quraysyun wa ilayhi tunsabul-buthûnul-qurasyiyyah. Wa mâ fawqahu kinâniyun kamâjanaha ilayhil katsîru wartadhâh. Ibni mâlikibnin-nadhribni kinânatabni khuzaymatabni mudrikatab-ni ilyâsa wa huwa awwalu man ahdal budna ilar-rihâbil haramiyyah. Wasumi'a fî shulbihin-nabiyyushallallâhu alayhi wa sallama dzakarallâha ta'âlâwalabbâh. Ibni mudharabni nizâribni ma'addibni'adnâna wa hadzâ silkun nazhzhamat farâ’idahubanânus-sunnatis-saniyyah. Wa raf'uhu ilal-khalîliibrâhîma 'alayhis-salâma amsaka 'anhusy-syâri'uwa abâh. Wa 'adnânu bilâ raybin 'inda dzawil 'ulû-min-nasabiyyah. Iladz-dzabîhi ismâ'îla nisbatuhuwa muntamâh. Fa a'zhim bihi min 'iqdin ta'allaqatkawâkibuhud-durriyyah. Wa kayfa lâ was-sayyidulakramu shallallâhu 'alayhi wa sallama wâsithatuhul-muntaqâh. Nasabun tahsibul 'ulâ bihulâh, qallada-thâ nujûmahâl jawzâ’u, habbadzâ 'iqdu sudadin  wafakhârin, anta fîhil yatîmatul 'ashmâ’u, wa akrim bihimin nasabin thahharahullâhu ta'âlâ min  sifâhil  jâ-hiliyyah. Awradaz-zaynul 'irâqiyyu wâridahu fî maw-ridihil haniyyi warawâh. Hafizhal ilahu  karâmatanlimuhammadin, âbâ’ahul-amjâda shawnan lismihi,tarakus-sifâha falam yushibhum 'âruhu, min âdaminwa ilâ abîhi wa ummihi, sarâtun sara nûrun-nubuw-wati fî asârîri ghurarihimul-bahiyyah. Wa badarabadruhu fî jabîni jaddihi 'abdil muththalibi wabnihi'abdillâh.

      Artinya: 

      Setelah itu aku berkata: Dia adalah junjungan kita, Nabi Muhammad bin Abdullah bin Abdil Muththalib.Namanya (nama Abdul Muthalib) adalah Syaibatul Hamdi, dan perilaku-perilakunya yang luhur itu terpuji. Ia putra Hasyim, yang nama sebenarnya 'Amr, putra Abdi Manaf, yang nama sebenar-nya Mughirah, yang keluhuran itu dicitrakan kepada-nya karena kemuliaan nasabnya. Ia putra Qushay,yang nama sebenarnya Mujammi’. Disebut Qushaiy karena jauhnya (ia pergi) ke negeri Qudha'ah yang jauh. Sampai Allah Ta'ala mengembalikannya ketanah haram (suci) dan terhormat, lalu Dia memeliharanya dengan suatu pemeliharaan yang sesungguhnya.Ia putra Kilab, nama sebenarnya Hakim, putra Murrah,  putra Ka'ab, putra Luayy, putra Fihr, yang nama sebenarnya Quraisy. Dan kepadanya dinasabkan semua suku Quraisy. Orang yang di atasnya adalah dari Kabilah Kinanah, sebagaimana pendapat banyak orang. Ia (Fihr) adalah putra Malik, putra Nadhr, putra Kinanah, putra Khuzaimah, putra Mudri-kah, putra Ilyas. Dan Ilyas ini adalah orang pertama yang mengorbankan unta ke tanah haram (Baitul Haram). Dan di tulang punggungnya, terdengar Nabi SAW menyebut dan memenuhi panggilan AllahTa'ala. Ia (Ilyas) adalah putra Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan.Inilah kalung yang butiran-butiran mutiaranya terangkai oleh sunnah yang tinggi. Untuk menyebutkan orang-orang di atasnya (di atas Adnan) sampai kepada Al-Khalil, Nabi Ibrahim, Syari' (yakni Nabi) menahan dan enggan menyebutnya. Dan tidak diragukan lagi, menurut orang-orang yang memiliki ilmu nasab, nasab Adnan sampai kepada Dzabih(orang yang akan disembelih), yakni Ismail.Alangkah agungnya nasab itu dari untaian per-mata yang bintangnya  gemerlapan. Bagaimana tidak,sedangkan tuan yang paling mulia (Nabi Muhammad SAW) adalah pusatnya yang terpilih. Itulah nasab yang diyakini ketinggiannya karena kebersihannya. Bintang Jauza' (Aries) telah merangkai bintang-bintangnya. Alangkah indahnya untaian kesempurnaan dan kemegahan, sedangkan engkau padanya merupakan permata tunggal yang terpelihara.Alangkah mulianya keturunan yang disucikan oleh Allah Ta'ala dari perzinaan Jahiliyyah. Zain Al-Iraqi menuturkan dan meriwayatkannya di dalam karangannya yang bagus. Tuhan memelihara nenek moyangnya yang mulia (dari perbuatan nista) karena memuliakan Muhammad, yaitu untuk menjaga namanya. Mereka meninggalkan perzinaan, maka cacat perzinaan itu tidak menimpa mereka, dari Adam sampai ayah-ibu beliau. Mereka adalah para pemimpin yang cahaya kenabian berjalan di garis-garis dahi mereka yang cemerlang. Dan jelaslah cahayanya (Nabi Muhammad) di dahi datuknya, Abdul Muththalib, dan anaknya, Abdullah.

      Wa lammâ arâdallâhu ta'âlâ ibrâza haqîqatihilmuhammadiyyah. Wa izhhârahu jisman wa rûhanbishûratihi wama'nâh. Naqalahu ilâ maqarrihi minshadafati âminataz-zuhriyyati wa khashshahalqarîbul mujîbu bi an takûna umman limushthafâh.Wanûdiya fis-samâwâti wal ardhi bihamlihâ lianwârihidz-dzâtiyyah. Wa shabâ kullu shabbinlihubûbi nasîmi shabâh. Wa kusiyatil ardhu ba'dathûli jadbihâ minan-nabâti hulalan sundusiyyah. Waayna'atits-tsimâru wa adnasy-syajaru liljânî janâh.Wa nathaqat bihamlihi kullu dâbbatin liquraysyinbifishâhil-alsunil-'arabiyyah. Wa kharratil-asirratuwal-ashnâmu 'alal-wujûhi wal afwâh. Wa tabâsyaratwuhûsyul masyâriqi wal maghâribi wadawâbbuhalbahriyyah. Wahtassatil 'awâlimu minas-surûri ka’sahumayyâh. Wa basysyaratil jinnu bi izhlâli zamanihiwantuhikatil kahânatu wa rahibatir-rahbâniyyah.Walahija bikhabarihi kullu habrin khabîrin wa fî hulâhusnihi tâh. Wa utiyat ummuhu fil-manâmi faqîlalahâ innaki qad hamalti bisayyidil-'âlamîna wakhayril-bariyyah. Wa sammîhi idzâ wadha'tihi(muhammadan) li annahu satuhmadu 'uqbâh.

      Artinya:

      Ketika Allah Ta'ala menghendaki untuk menampakkan hakikatnya yang terpuji, dan memunculkannya sebagai jasmani dan ruhani dalam bentuk dan pengertiannya, Dia memindahkannya ke tempat menetapnya di kandungan Aminah Az-Zuhriyyah, dan Dzat Yang Maha dekat dan Maha  memperkenankan, mengkhususkannya (Aminah) menjadi ibu makhlukpilihan-Nya.Diserukan di langit dan di bumi bahwa ia (Aminah) mengandungnya. Dan berhembuslah angin sepoi-sepoi basah di pagi hari. Setelah lama gersang, bumi dipakaikan sutra tebal dari tumbuh-tumbuhan. Buah-buah menjadi masak, dan pohon-pohon mendekati orang yang akan memetiknya. Setiap binatang suku Quraisy mengucapkan dengan bahasa Arab yang fasih bahwa beliau sedang dikandung. Singgasana-singgasana raja dan berhala menjadi tersungkur pada muka dan mulutnya. Binatang-binatang liar bumi Timur dan Barat serta binatang laut saling bertemu. Seluruh alam merasakan kesenangan Jin memberitakan dekatnya masanya (masa kelahiran beliau), sedangkan juru tenung menjadi binasa dan para pendeta menjadi takut. Setiap orang pandai dan waspada, membicarakan beritanya dan himpunan kebaikannya yang membingungkan (alam).Ibunya di dalam tidur (mimpi) didatangi dan dikatakan kepadanya, “Sesungguhnya kamu mengandung pemimpin seluruh alam dan sebaik-baik manusia. Apabila kamu melahirkannya, namailah ia Muhammad (artinya orang yang terpuji), karena ia akan dipuji.

      Wa lammâ tamma min hamlihi syahrâni 'alâmasyhûril-aqwâlil-marwiyyah. Tuwuffiya bil madî-natil-munawwarati abûhu 'abdullâh. Wa kâna qadijtâza bi akhwâlihi banî 'adiyyin minath-thâ-ifatin-najâriyyah. Wamakatsa fîhim syahran saqîmanyu'ânûna suqmahu wa syakwâh. Wa lammâ tammamin hamlihi 'alar-râjihi tis'atu asyhurin qamariyyah.Wa âna liz-zamâni an yanjaliya 'anhu shadâh.Hadhara ummahu laylata mawlidihisy-syarîfi âsiyatuwa maryamu fî niswatin minal-hazhîratil-qudusiyyah.Wa akhadzahal-makhâdhu fawaladathu shallallâhu'alayhi wa sallam nûran yatala’la’u sanâh. Wa mu-hayyan kasy-syamsi minka mudhî’un, asfarat 'anhulaylatun gharrâ’u, laylatul-mawlidil-ladzî kâna liddînisurûrun biyawmihi wazdihâ’u, mawlidun kâna minhufî thâli'il-kufri wabâlun 'alayhimu wa wabâ’u, yawmanâlat biwadh'ihi ibnatu wahbin min fakhârin mâ lamtanalhun-nisâ’u wa atat qawmahâ bi afdhala mimmâhamalat qablu maryamul-'adzrâ’u, wa tawâlat busy-ral-hawâtifi an qad wulidal-mushthafa wa haqqalhanâ’u, hadzâ waqadistahsanal qiyâma 'inda dzikrimawlidihisy-syarîfi a-immatun dzawû riwâyatin warawiyyah. Fathûba liman kâna ta'zhîmuhu shallallâhu'alayhi wa sallama ghâyata marâmihi wamarmâh.

      Artinya:

      Ketika genap beliau dikandung dua bulan menurut pendapat yang diriwayatkan dan termasyhur,ayahnya, Abdullah, wafat di Madinah Al-Munawwarah. Ia ketika itu telah singgah pada paman-pamannya dari Bani 'Adiy yang termasuk kelompok Najjar. Ia tinggal di tempat mereka selama satu bulan karena sakit parah. Ketika genap beliau dikandung sembilan bulan Qamariyah menurut pendapat yang kuat, datanglah masa hilangnya haus. Pada malam kelahirannya, Asiyah dan Maryam datang kepada ibunya bersama sekelompok perempuan dari Hadhiratul Qudsiyyah. Lalu Aminah merasakan sakitnya orang yang mau melahirkan, kemudian ia melahirkan beliau dengan cahayanya yang cemerlang. Wajahmu bagaikan matahari yang menyinari, yang karenanya malam menjadi terang benderang.Malam kelahiran beliau membawa kegembiraan dan kemegahan bagi agama, tetapi dalam pandangan orang-orang kafir tidak disukai dan merupakan wabahatas mereka. Yaitu, saat putri Wahab memperoleh kemegahan dengan melahirkannya yang tidak diperoleh wanita-wanita lain. Aminah membawa kepada kaumnya,orang yang lebih utama daripada yang dikandung sebelumnya oleh Maryam yang perawan. Terus-menerus kabar gembira memberitakan bahwa insan pilihan telah dilahirkan dan benarlah kegembiraan itu. Demikianlah, para imam yang memiliki riwayat dan pemikiran, memandang baik untuk berdiri ketika menyebutkan kelahirannya yang mulia. Maka kebaikanlah yang didapatkan orang yang penghormatannya terhadap Nabi SAW sampai ke puncak harapan dan tujuan.

      Wa baraza wâdhi'an yadayhi 'alal ardhi râfi'anra’sahu ilas-samâ’il 'aliyyah. Mûmiyan bidzalikar-raf“i ilâ su’dadihi wa'ulâh. Wa musyiran ilâ rif'atiqadrihi 'alâ sâ-iril-bariyyah. Wa annahul habîbul-ladzî hasunat thibâ'uhu wa sajâyâh. Wada'atummuhu 'abdal muththalibi wa huwa yathûfu bihâ-tîkal baniyyah. Fa aqbala musri'an wanazhara ilayhiwa balagha minas-surûri munâh. Wa adkhalahulka'batal gharrâ’a waqâma yad'û bikhulûshin-niyyah.Wa yasykurullâha ta'âlâ 'alâ mâ manna bihi 'alayhiwa a'thâh. Wa wulida shallallahu 'alayhi wa sallamnazhîfan makhtûnan maqthû'as-surri bayidil-qudra-til-ilâhiyah. Thayyiban dahînan mak-hûlatan bikuh-lil-'inâyati 'aynâh. Wa qîla khatanahu jadduhu ba'daab'i layâlin sawiyyah. Wa awlama wa ath'ama wasammâh (muhammadan) wa akrama matswâh.

      Artinya:

      Beliau lahir dengan meletakkan kedua tangan-nya di atas tanah dengan mengangkat kepalanya ke langit yang tinggi. Dengan mengangkatnya itu beliau mengisyaratkan kepemimpinannya (atas makhluk) dan ketinggian (akhlaq)-nya. Beliau juga mengisyaratkan ketinggian derajatnya atas seluruh manusia. Dan sesungguhnya beliau adalah orang yang dicintai dan baik naluri dan perangainya.Ibunya memanggil Abdul Muththalib yang ketika itu sedang thawaf pada bangunan itu (Ka'bah). Lalu ia datang segera dan memandangnya, dan ia memperoleh kegembiraan yang dicita-citakannya. Abdul Muththalib lalu memasukkannya ke Ka'bah yang cemerlang dan mulai berdoa dengan niat yang tulus (ikhlas). Ia bersyukur kepada Allah Ta'ala atas apa yang telah dianugerahkan dan diberikan kepadanya. Beliau dilahirkan dalam keadaan bersih, telah dikhitan, dan dipotong pusatnya dengan tangan (kekuasaan) Tuhannya. Harum, berminyak rambut,dan sepasang matanya telah bercelak dengan celak dari Tuhan. Dan ada pendapat yang mengatakan, kakeknya mengkhitankannya setelah tujuh malam. Ia selenggarakan walimah, memberi makan orang,dan memberi nama kepadanya Muhammad dan ia muliakan kedudukannya.

      Wa zhahara 'inda wilâdatihi khawâriqu wa gharâ-ibu ghaybiyyah. Irhâshan linubuwwatihi wa i'lâman biannahu mukhtârullâhi wa mujtabâh. Fazîdatis-samâ-u hifzhan warudda 'anhal maradatu wa dzawun-nufû-sisy-syaythâniyyah. Warajamat rujûmun-nayyirâti kul-la rajîmin fî hâli marqâh. Watadallat ilayhi shallallâhu'alayhi wa sallamal-anjumuz-zuhriyyah. Wastanâratbinûrihâ wihâdul harami warubâh. Wa kharaja ma'ahushallallâhu 'alayhi wa sallam nûrun adhâ’at lahu qu-shûrusy-syâmil-qayshariyyah. Fara-ahâ man bithâhumakkata dâruhu wamaghnâh. Wanshada'al îwânubilmadâ’inil-kisrawiyyatil-ladzî rafa'a anûsyarawânsamkahu wasawwâh. Wasaqatha arba'un wa 'asyrunmin syurufâtihil 'ulwiyyah. Wa kusira mulku kisra lihawlimâ ashâbahu wa 'arâh. Wa khamadatin-nîrânulma'bûdatu bil mamâlikil-fârisiyyah. Lithulû'i badrihil-munîri wa isyrâqi muhayyâh. Wa ghâdhat buhayratusâwah wa kânat bayna hamadzâna waqum minal-bilâdil-'ajamiyyah. Wa jaffat idz kaffa wâkifu mawjihaltsajjâji yanâbî'u hâtîkal-miyâh. Wa fâdha wâdî samâ-wah wa hiya mafâzatun fî falâtin wa barriyyah. Lamyakun bihâ qablu mâ’un yanqa'u lizh-zhamânillahâh.Wa kâna mawliduhu shallalâhu 'alayhi wa sallam bil-mawdhi'il ma'rûfi bil-'irâshil-makkiyyah. Wal baladil-ladzî lâ yu'dhadu syajaruhu walâ yukhtalâ khalâh.Wakhtulifa fî 'âmi wilâdatihi wa fî syahrihâ wa fî yawmihâ'alâ aqwâlin lil-'ulamâ’i marwiyyah. War-râjihu annahâqubayla fajri yawmil-itsnayni tsânî 'asyara syahri rabî'il-awwalli min 'âmil-fîlil-ladzî shaddahullâhu 'anil haramiwa hamâh.

      Artinya: 

      Ketika beliau lahir, tampaklah beberapa hal yang luar biasa dan hal-hal ghaib yang asing sebagai irhash (hal-hal luar biasa yang Allah berikan kepada seorang nabi dan rasul sebelum diangkat) bagi kenabiannya dan pemberitahuan bahwa beliau adalah orang yang dipilih oleh Allah Ta'ala. Langit ditambah penjagaannya dan ditolak darinya (dari langit) parajin dan setan. Bintang-bintang yang bersinar itu merajam setiap setan yang naik. Bintang-bintang yang cemerlang menunduk kepada beliau. Lembah dan bukit di Makkah tersinari dengan cahayanya. Bersama beliau keluarlah cahaya yang menerangi istana-istana kaisar di Syam (Syiria).Mak orang yang rumah dan tempat tinggalnya di Makkah melihatnya.Dan menjadi retak istana kaisar di Madain yang bangunannya ditinggikan dan di-bangun oleh Anusyarwan. Empat belas menara yang tinggi roboh. Kerajaaan Kisr binasa karena terkejut dengan apa yang menimpanya dan sampai kepadanya. Padam pula api yang disembah di Kerajaan Persis karena munculnya cahaya yang menerangi dan sinar wajahnya. Dan surutlah Danau Sawah yang ter-letak di antara Hamadzan dan Qum di negeri 'Ajam (negeri non-Arab), keringlah sumber-sumber air itu pada waktu tercegahnya tetesan yang banyak mengalir. Dan meluaplah Lembah Samawah, dan itu menjadi keberuntungan terhadap tanah dan padang pasir. Sebelumnya di tempat itu tidak ada air untuk orang yang haus tenggorokannya.Kelahiran beliau adalah di tempat yang dikenal dengan Irash di Makkah. Dan negeri yang pohonnya tidak ditebang dan pohon-pohon perdunya tidak di-potong. Ada perbedaan pendapat mengenai tahun kelahirannya, bulan dan harinya. Tetapi pendapat yang kuat menyebutkan, kelahiran itu menjelang fajar hari Senin tanggal dua belas bulan Rabi'ul Awwal tahun Gajah, kala itu Allah mencegah gajah untuk sampai ke Ka'bah dan Dia menjaganya.

      Wa ardha'athu shallallâhu 'alayhi wa sallam um-muhu ayyâman tsumma ardha'athu tsuwaybatul aslamiyyah. Allatî a'taqahâ abû lahabin hînawâfathu 'inda mîlâdihi 'alayhis-shalâtu was-salâmubibusyrâh. Fa ardha'athu ma'abnihâ masrûhin waabî salamata wa hiya bihi hafiyyah. Wa ardha'atqablahu hamzatal-ladzî humida fî nushratid-dînisurâh. Wa kâna shallallâhu 'alayhi wa sallamyab'atsu ilayhâ minal-madînati bishilatin wa kiswatinhiya bihâ hariyyah. Ila an awrada haykalahâ râ’idulmanûnidh-dharîha wa wârâh. Qîla 'alâ dîni qawmi-hal-fi’atil-jâhiliyyah. Wa qîla aslamat atsbatal khilâ-fabnu mundah wa hakâh. Tsumma ardha'athul-fatâ-tu halîmatus-sa'diyyah. Wa kâna qad radda kullunminal qawmi tsadyuhâ lifaqrihâ wa abâh. Fa akh-shaba 'aysyuhâ ba'dal mahli qablal-'asyiyyah. Wa-darra tsadyuhâ bidurri darrin labanahul-yamînu min-humâ wa labanal âkharu akhâh. Wa ashbahat ba'-dal huzâli wal faqri ghaniyyah. Wa saminatisy-syârifuladayhâ wasy-syiyâh. Wanjâba 'an jânibihâ kullumulimmatin wa raziyyah. Wa tharrazas-sa'du burda'aysyihâl haniyyi wa wasysyâh.

      Artinya:

      Ibunya menyusuinya beberapa hari, kemudian beliau disusui oleh Tsuwaibah Al-Aslamiyah. Ia perempuan yang telah dimerdekakan ole Abu Lahab ketika ia datang kepadanya memberitahukan kabar gembira kelahiran beliau. Tsuwaibah menyusui beliau bersama dengan anak laki-lakinya, Masruh dan Abu Salamah, dan ia memuliakan dan sayang ke-pada beliau. Sebelumnya ia menyusui Hamzah,yang amalnya terpuji dalam menolong agama Islam. Beliau mengirim kepadanya (kepada Tsuwaibah,yakni setelah beliau dewasa) belanja dan pakaian dari Madinah yang layak untuknya, sampai kematian datang kepadanya dan kubur menutupinya. Ada pendapat yang mengatakan, ia tetap mengikuti agama kaumnya, orang-orang Jahiliyyah. Tapi ada pula yang mengatakan, ia masuk Islam. Ibnu Mundah menyebutkan adanya perbedaan pendapat itu.Kemudian beliau disusui oleh Halimah As-Sa'diyah. Dulunya setiap kaum menolak dan enggan menyusu-kan bayinya kepadanya karena miskinnya. Lalu kehidupannya menjadi lebih baik setelah sempit malam sebelumnya (artinya, dalam waktu sekejap setelah menyusui beliau, keadaannya sangat berubah). Susunya penuh dengan air susu. Bagian kanan payudaranya untuk menyusui Nabi Muhammad, dan susu yang lain untuk menyusui saudaranya (saudara sepersusuan). Maka Halimah menjadi kaya setelah sebelumnya kurus dan miskin. Unta dan kambingnya yang kurus menjadi gemuk. Dan hilanglah semua bencana dan musibah darinya. Kebahagiaan menyulam kerudung kehidupannya.

      Wa kâna shallallâhu 'alayhi wasallama yasyibbufil-yawmi syabâbash-shabiyyi fisy-syahri bi 'inâyatinrabbâniyyah. Faqâma 'alâ qadamayhi fî tsalâtsinwa masya fî khamsin wa qawiyat fî tis'in minasy-syuhûri bifashîhin-nuthqi quwâh. Wa syaqqal-mala-kâni shadrahusy-syarîfa ladayhâ wa akhrajâ minhu'alaqatan damawiyyah. Wa azâlâ minhu hazhzhasy-syaythâni wa bits-tsalji ghasalâh. Wa mala-âhu hik-matan wa ma'âniya îmâniyyah. Tsumma khâthâhuwa bikhâtamin-nubuwwati khatamâh. Wa wazanâ-hu farajaha bi alfin min ummatihi ummatil-khayriy-yah. Wa nasya-a shallallâhu 'alayhi wasallam 'alâakmalil-awshâfi min hâli shibâh. Tsumma raddat-hu shallallâhu 'alayhi wasallam ilâ ummihi wa hiyabihi ghayru sakhiyyah. Hadazran min an yushâba bimushâbi hâditsin takhsyâh. Wa wafadat 'alayhihalîmatu fî ayyâmi khadîjatas-sayyidatir-radhiyyah.Fahabâhâ min hibâ-ihil-wâfiri bimâ habâh. Wa qadi-mat 'alayhi yawma hunaynin faqâma ilayhâ wa akha-dzat-hul aryahiyyah. Wa bashatha lahâ min ridâ-ihisy-syarîfi bisâtha birrihi wanadâh. Wash-shahîhuannahâ aslamat ma'a zawjihâ wal-banîna wadz-dzurriyyah. Wa qad 'adda humâ fish-shahâbati jam-'un min tsiqâtir-ruwâh.

      Artinya: 

      Beliau tumbuh dalam sehari seperti pertumbuhan anak kecil dalam sebulan dengan perhatian Tuhan. Beliau telah berdiri di atas kedua telapak kakinya pada usia tiga bulan, berjalan pada usia lima bulan, dan kekuatannya telah kuat pada usia sembilan bulan, dan fasih ucapannya. Lalu malaikat membelah dadanya yang mulia ketika beliau tinggal dengan Halimah. Kedua malaikat itu mengeluarkan gumpalan darah dari dada itu. Keduanya menghilangkan bagian setan (bagian yang dapat dimasuki setan) dan keduanya mencucinya dengan salju, lalu memenuhinya dengan hikmah dan makna-makna keimanan. Kemudian keduanya menjahitnya kembali dan mengecapnya dengan cap kenabian.Setelah itu mereka menimbangnya. Ternyata beliau mengungguli seribu orang dari umatnya, umat pilihan.Beliau tumbuh dengan sifat-sifat yang paling sempurna sejak kanak-kanaknya. Kemudian Halimah mengembalikannya kepada ibunya meskipun merasa berat dengan pengembalian itu. Itu ia lakukan karena takut beliau mengalami malapetaka yang di-khawatirkannya.Halimah datang kepada beliau pada hari-hari setelah beliau menikah dengan Khadijah, seorang nyonya yang baik (budi dan rupanya). Lalu ia menerima pemberian yang banyak dari beliau. Halimah juga datang kepada beliau pada Perang Hunain, lalu beliau bangun menemuinya, dan ia pun memperoleh pemberian yang banyak. Beliau bentangkan kebajikan dan kedermawanan untuknya dari selendangnya yang mulia.Menurut pendapat yang shahih, Halimah telah masuk Islam bersama suaminya dan anak-cucunya.Dan sekelompok perawi terpercaya memasukkan keduanya ke dalam golongan sahabat.

      Wa lammâ balagha shallallâhu 'alayhi wa sal-lam arba'a sinîna kharajat bihi ummuhu ilal-madî-natin-nabawiyyah. Tsumma 'âdat fawâfat-hâ bil-abwâ-i aw bisyi'bil-hajûnil wafâh. Wa hamalat-huhâdhinatuhu ummu aymanal-habasyiyyah.  Allatîzawwajahâ ba'du min zaydinibni hâritsata mawlâh.Wa adkhalat-hu 'alâ jaddihi 'abdil-muththalibi fa-dhammahu ilayhi waraqqa lahu wa a'lâ ruqiyyah.Wa qâla inna libnî hadza la sya’nan 'azhîman fa-bakhin bakhin liman waqqarahu wa wâlâh. Walamtasyku fî shibâhu jû'an walâ 'athasyan qaththunafsuhul-abiyyah. Wa katsiran mâ ghadâ faghtadzabimâ’i zamzama  fa asyba'ahu wa arwâh. Wa lam-mâ unîkhat bi finâ-i jaddihi 'abdil muththalibi ma-thâyal-maniyyah. Kafalahu 'ammuhu abû thâlibinsyaqîqu abîhi 'abdillâh. Faqâma bikafâlatihi bi'azmin qawiyyin wa himmatin wa hamiyyah. Waqaddamahu 'alan-nafsi wal-banîna warabbâh. Walammâ balagha shallallâhu 'alayhi wa sallamitsnatay 'asyrata sanatan rahala bihi shallallâhu'alayhi wa sallam 'ammuhu ilal-bilâdisy-syâmiyyah.Wa 'arafahur-râhibu  bihayrâ  bimâ  hâzahu minwashfin-nubuwwati wa hawâh. Wa qâla innî arâhusayyidal-âlamîna wa rasûlallâhi wa nabiyyah. Qadsajada lahusy-syajaru wal-hajaru walâ yasjudâni illâlinabiyyin awwâh. Wa innâ lanajidu na'tahu fil kutubil-qadîmatis-samâwiyyah. Wa bayna katifayhikhâtamun-nubuwwati qad 'ammahun-nûru wa 'alâh.Wa amara 'ammahu biraddihi ilâ makkata takhaw-wufan 'alayhi min ahli dînil-yahûdiyyah. Faraja'a bihiwalam yujâwiz minasy-syâmil-muqaddasi bushrâh.

      Artinya:

      Ketika beliau mencapai usia empat tahun, ibunya berangkat dengannya ke Madinah. Kemudian ia kembali lalu wafat di Abwa’ atau Syi'bul Hajun. Lalu beliau dibawa oleh pengasuhnya, Ummu Aiman Al-Habasyiah, yang nantinya beliau nikahkan dengan Zaid bin Haritsah, maula (bekas budak) beliau.Ummu Aiman memasukkan beliau ke tempat kakeknya, Abdul Muthalib. Maka Abdul Muthalib memeluknya dan ia sangat sayang kepadanya. Lalu ia berkata, “Sesungguhnya anakku (cucuku) ini mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, maka beruntunglah orang yang menghormati dan memuliakannya.”Beliau, yang enggan mengadu, tidak pernah mengadu lapar dan haus di waktu kanak-kanak.Sering kali beliau pergi di waktu pagi lalu beliau minum (sebagai pengganti makan) air zamzam,sehingga membuatnya kenyang dan segar.Ketika kematian menjemput kakeknya, AbdulMuthalib, pamannya, saudara kandung ayahnya,Abu Thalib, menanggungnya, dengan memelihara-nya. Ia melaksanakan penanggungan itu dengan kemauan keras dan penuh semangat. Abu Thalib mendahulukan beliau dibandingkan dirinya dan anak-anaknya, dan ia juga mendidiknya.Saat beliau mencapai umur dua belas tahun, pamannya membawanya pergi ke negeri Syam.Pendeta Buhaira mengenalnya karena sifat kenabian yang ada pada diri beliau. Dan ia berkata, “Aku yakin, beliau adalah pemimpin seluruh alam, utusan Allah, dan nabi-Nya. Pohon dan batu sujud kepada-nya, padahal keduanya tidak sujud kecuali kepada nabi yang selalu kembali kepada Allah. Sesungguhnya kami mendapati sifatnya di dalam kitab samawi yang terdahulu.” Di antara kedua bahunya terdapat cap kenabian yang telah diratai oleh cahaya Pendeta itu menyuruh pamannya untuk mengembalikannya ke Makkah, karena mengkhawatirkan beliau dari perlakuan para pemeluk agama Yahudi. Maka Abu Thalib membawa pulang beliau dari Syam yang suci tidak melalui Bashrah.

      Wa lammâ balagha shallallâhu 'alayhi wa sal-lam khamsan wa 'isyrîna sanatan sâfara ilâ bushrafî tijâratin likhadîjatal-fatiyyah. Wa ma'ahu ghulâ-muhâ maysaratu yakhdimuhu 'alayhish-shalâtuwas-salâmu wa yaqûmu bimâ 'anâh. Wa nazalatahta syajaratin lada shawma'ati nasthûrâ râhibin-nashrâniyyah. Fa 'arafahur-râhibu idz mâla ilayhizhilluhal-wârifu wa âwâh. Wa qâla mâ nazala tahtahadzihisy-syajarati qaththu illâ nabiyyun dzû shifâtinnaqiyyah. Wa rasûlun qad khashshahullâhu bil-fadhâ’ili wahabâh. Tsumma qâla limaysarata afî'aynayhi humratun istizhhâran lil'alâmatil-khafiyyah.Fa ajâbahu bina'am fahaqqa ladayhi mâ zhannahufîhi wa tawakhkhâh. Wa qâla limaysarata lâ tufâriqhuwa kun ma'ahu bishidqi 'azmin wa husni thawiyyah.Fa innahu mimman akramahullâhu ta'âlâ bin-nu-buwwati wajtabâh. Tsumma 'âda ilâ makkata fara-at-hu khadîjatu muqbilan wa hiya bayna niswatin fî'ulliyyah. Wa malakâni 'alâ ra’sihisy-syarîfi minwahajisy-syamsi qad azhallâh. Wa akhbarahâmaysaratu bi annahu ra’â dzalika fis-safari kullihiwa bimâ qâlahur-râhibu wa awda'ahu ladayhi minal-washiyyah. Wa dhâ'afallâhu fî tilkat-tijârati ribhahâwa nammâh. Fabâna likhadîjata bimâ ra-at wa mâsami'at annahu rasûlullâhi ilal bariyyah. Alladzîkhashshahullâhu ta'âlâ biqurbihi washthafâh.Fakhathabat-hu shallallâhu 'alayhi wa sallam linaf-sihaz-zakiyyati litasyumma minal-îmâni bihi shal-lallâhu 'alayhi wa sallam thîba rayyâh. Fa akhbarashallallâhu 'alayhi wa sallam a'mâmahu bimâ da'at u ilayhi hadzihil-barratut-taqiyyah. Faraghibu fîhâlifadhlin wa dînin wa jamâlin wamâlin wa hasabinwa nasabin, kullun minal-qawmi yahwâh. Wa kha-thaba abû thâlibin wa atsnâ 'alayhi shallallâhu'alayhi wa sallama ba'da an hamidallâha bimahâ-mida saniyyah. Wa qâla huwa wallâhi lahu naba-un'azhîmun ba'du yuhmadu fîhi masrâh. Fazawwajahâminhu shallallâhu 'alayhi wa sallam abûhâ waqîla'ammuhâ waqîla akhûhâ lisâbiqi sa'âdatihalazaliyyah. Wa awladahâ kulla awlâdihi shallallâhu'alayhi wa sallam illal-ladzî bismil khalîli sammâh.

      Artinya:

      Ketika mencapai usia dua puluh lima tahun, beliau berpergian ke Bashrah untuk memperdagangkan barang-barang Khadijah, seorang wanita yang tertutup (karena selalu di rumah). Beliau ditemani budak laki-laki Khadijah, Maisarah, untuk membantu beliau. Dalam perjalanan, beliau singgah di bawah pohon di depan biara Nastura, seorang pendeta Nasrani. Pendeta itu mengenalnya karena bayangan pohon condong kepadanya dan melindunginya. Sang pendeta berkata, “Tidaklah singgah di pohon ini kecuali seorang nabi yang mempunyai sifat yang bersih dan seorang rasul (utusan) yang telah dikhususkan dan diberi keutamaan oleh Allah Ta`ala.”Kemudian pendeta itu berkata kepada Maisarah,“Apakah pada kedua matanya terdapat tanda kemerah-merahan yang menunjukkan tanda yang tersembunyi (samar)?” Maisarah menjawab, “Ya.”Maka benarlah apa yang diduga dan dimaksud-kan oleh pendeta itu tentang beliau.Pendeta itu lalu berkata kepada Maisarah, “Janganlah kamu berpisah darinya, dan bersamanya kamu dengan niat yang benar dan maksud yang baik, karena ia termasuk orang yang dimuliakan dan dipilih oleh Allah Ta`ala dengan kenabian!” Kemudian beliau pun kembali ke Makkah. Khadijah, yang sedang bersama perempuan-perempuan lain di dalam kamar, melihatnya datang. Dua malaikat telah menaungi kepalanya yang mulia dari teriknya matahari. Maisarah memberitahukan kepada Khadijah bahwasanya ia pun melihat hal itu dalam seluruh perjalanannya. Ia juga memberitahukan apa yang dikatakan oleh pendeta itu dan pesan yang disampaikannya. Allah melipatgandakan keuntungan dalam perdagangan itu dan mengembangkannya. Jelaslah bagi Khadijah mengenai apa yang telah dilihat dan didengarnya bahwa beliau adalah utusan Allah Ta'ala kepada manusia, yang telah ditentukan oleh Allah Ta'ala dekat kepada-Nya dan dipilih-Nya. Maka Khadijah meminangnya untuk dirinya agar ia dapat menghirup harum-haruman yang menyegarkan dari keimanan kepadanya. Lalu beliau memberitahukan kepada paman-pamannya mengenai apa yang disampaikan oleh wanita yang baik dan taqwa itu. Mereka senang kepada Khadijah karena keutamaan, agama, kecantikan, harta benda, kebangsawanan, dan asal keturunannya. Masing-masing orang dari kaum itu menginginkannya. Abu Thalib meminang dan memujinya setelah memuji Allah dengan pujian yang tinggi. Dan ia mengatakan, “Dia (Muhammad), demiAllah, mempunyai berita yang besar yang perjalan-annya itu terpuji.”Lalu ayah Khadijah mengawinkan dengan beliau.Tapi ada yang mengatakan pamannya, ada pulayang mengatakan saudaranya. Kebahagiaannya yang azali telah ditentukan. Dan ia melahirkan semua putra-putri Nabi SAW, kecuali putra beliau yang beliau namakan Ibrahim.

      Wa lammâ balagha shallallâhu 'alayhi wa sal-lam khamsan wa tsalâtsîna sanatan banat quray-syunil-ka'bata linshidâ'ihâ bis-suyûlil abthahiyyah.Wa tanâza'û fî raf'il hajaril-aswadi fakullun arâdaraf'ahu warajâh. Wa 'azhumal-qîlu wal-qâlu wa tahâ-lafû 'alal-qitâli wa qawiyatil-'ushbiyyah. Tsummatadâ'aw ilal-inshâfi wafawwadhul-amra ilâ dzî ra’yinshâ-ibin wa anâh. Fahakama bitahkîmi awwalidâkhilin min bâbis-sadanatisy-syaybiyyah. Fakâ-nan-nabiyyu shallallâhu 'alayhi wa sallam awwaladâkhilin faqâlû hadzal-amînu wa kullunâ naqbaluhuwanardhâh.  Fa akhbarûhu bi annahum radhûhuan yakûna shâhibal-hukmi fî hadzal-mulimmi wawaliyyah. Fawadha'al-hajara fî tsawbin tsummaamara an tarfa'ahul-qabâ’ilu jamî'an ilâ murtaqâh.Farafa'ûhu ilâ maqarrihi min rukni hâtîkal-baniyyah.Wa wadha'ahu shallallâhu 'alayhi wa sallam biya-dihisy-syarîfati fî mawdhi'ihil-âna wa banâh.

      Artinya:

      Ketika beliau mencapai umur tiga puluh lima tahun, suku Quraisy membangun kembali Ka'bah karena keretakan dindingnya disebabkan oleh banjir Makkah Mereka bersengketa mengenai pengangkatan Hajar Aswad. Masing-masing berharap mengangkatnya. Besarlah pembicaraan dan omongan mereka, dan mereka saling bersumpah untuk berperang karena kuatnya kefanatikan itu.Kemudian mereka saling mengajak untuk insaf dan menyerahkan urusan mereka kepada orang yang mempunyai pendapat yang benar dan halus.Mereka memutuskan, hal itu diserahkan kepada orang yang pertama masuk dari pintu Sadanah Syaibiyah. Ternyata Nabi SAW yang pertama kali masuk.Maka mereka mengatakan, “Ini orang yang terpercaya. Kami semua menerima dan meridhainya.”Maka mereka memberitakan bahwa mereka ridha kepadanya untuk menjadi pengambil keputusan da-lam hal yang mendesak ini.Lalu beliau meletakkan Hajar Aswad itu di selembar kain, kemudian beliau memerintahkan semua kabilah untuk mengangkatnya. Lalu mereka mengangkat ke tempatnya pada sendi bangunan itu. Beliau meletakkannya dengan tangannya yang mulia di tempatnya

      Wa lammâ kamula lahu shallallâhu 'alayhi wasallam arba'ûna sanatan 'alâ awfaqil aqwâli lidza-wil-'âlimiyyah. Ba'atsahullâhu ta'âlâ lil-'âlamîna ba-syîran wa nadzîran fa'ammahum biruhmâh. Wa-budi-a ilâ tamâmi sittati asyhurin bir-ru’yash-shâ diqatil-jaliyyah. Fakâna lâ yara ru’yâ illâ jâ’at mitslafalaqi shubhin adhâ’a sanâh. Wa innamabtudi-a bir-ru’yâ tamrînan lil-quwwatil- basyariyyah. Li allâ yafja-ahul malaku bisharîhin-nubuwwati falâ taqwâhu qu-wâh. Wa hubbiba ilayhil-jalâ’u fakâna yata'abbadubihirâ’al-layâliyal-'adadiyyah. Ilâ an atâhu fîhi sha-rîhul haqqi wa wâfah. Wa dzalika fî yawmil itsnaynilisab'a 'asyrata laylatan khalat min syahril-laylatilqadriyyah. Wa tsamma aqwâlun lisab'in aw liarba'inwa 'isyrîna minhu aw litsamânin khalat min syahrimawlidihil-ladzî badâ fîhi badru muhayyâh. Faqâlalahu: iqra’ faqâla: mâ ana biqâri-in faghaththahu qa-wiyyah. Tsumma qâla lahu: iqra’ faqâla: mâ ana bi-qâri-in faghaththahu tsâniyatan hatta balagha min-hul-jahda wa ghaththâh. Tsumma qâla lahu: iqra’faqâla: mâ ana biqâri-in faghaththahu tsâlitsatanliyatawajjaha ilâ mâ sayulqî ilayhi bijam'iyyah. Wayuqâbilahu bijiddin wajtihâdin wayatalaqqâh. Tsum-ma fataral wahyu tsalâtsa sinîna aw tsalâtsîna syah-ran liyasytâqa ilantisyâqi hâtîkan-nafahâtisy-sya-dziyyah. Tsumma unzilat 'alayhi yâ ayyuhal mud-datstsiru fajâ-ahu jibrîlu bihâ wanâdâh. Fakâna linu-buwwatihi fî taqaddumi iqra’ bismi rabbika syâhidun'alâ anna lahas-sâbiqiyyah. Wat-taqaddumu 'alârisâlatihi bil-bisyârati wan-nidzârati liman da'âh.

      Artinya: 

      Ketika genap empat puluh tahun usia beliau,menurut pendapat yang paling diterima oleh orang-orang yang memiliki ilmu, Allah Ta'ala mengutusnya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan kepada seluruh alam. Lalu beliau meratai mereka dengan rahmat.Itu dimulai dengan mimpi yang baik dan jelas sampai sempurna enam bulan. Beliau hanya melihat ada seperti sinar subuh datang memancarkan sinar-nya. Dimulainya impian itu sebagai latihan bagi kekuatan manusia agar tidak terkejut dengan kehadiran malaikat yang mengabarkan kenabiannya se-hingga beliau tidak kuat. Beliau disenangkan untuk bersunyi diri. Beliau beribadah di Gua Hira selama  beberapa malam,sampai datang kebenaran yang jelas dan sempurna kepadanya. Itu terjadi pada hari Senin tanggal tujuhbelas, bulan yang mengandung Lailatul Qadr (bulanRamadhan). Terdapat perbedaan pendapat mengenai itu. Yaitu dua puluh tujuh, dua puluh empat, atau dua puluh delapan, bulan kelahirannya, yang padanya muncul wajah yang bagaikan bulan purnama(bulan Rabi'ul Awwal).Kemudian malaikat berkata kepadanya, “Bacalah!”Beliau mengatakan, “Aku tidak dapat membaca. ”Maka malaikat mendekapnya kuat-kuat dan berkata lagi kepadanya, “Bacalah! ”Beliau tetap mengatakan, “Aku tidak dapat membaca. ”Malaikat mendekapnya untuk kedua kalinya sehingga beliau kepayahan, dan berkata lagi kepadanya, “Bacalah!”Beliau tetap mengatakan, “Aku tidak dapat membaca. ”Maka malaikat mendekapnya ketiga kalinya agar beliau menghadap kepada apa yang akan disampaikan kepadanya dengan tekad bulat. Beliau menghadap dan menerima dengan sungguh-sungguh. Kemudian wahyu terputus selama tiga tahun atautiga puluh bulan, agar beliau rindu kepada embusan-embusan yang harum. Lalu diturunkan kepada beliau surah Al-Muddatstsir. Kemudian Jibril datang kepadanya dan memanggilnya. Bagi kenabiannya, didahulukannya ucapan Iqra’bismi rabbika (Bacalah dengan nama Tuhanmu) merupakan bukti bahwa surah itu adalah yang terdahulu dan kedahuluan atas risalahnya dengan kabar gembira bagi orang yang diserunya.

      Wa awwalu man âmana bihi minar-rijâli abûbakrin shâhibul ghâri wash-shiddîqiyyah. Wa mi-nash-shibyâni 'aliyyun wa minan-nisâ’i khadîjatul-latî tsabbatallâhu bihâ qalbahu wa waqâh. Wa minalmawâlî zaydubnu hâritsata wa minal ariqqâ’i bilâ-lunil-ladzî 'adzdzabahu fillâhi umayyah. Wa awlâhumawlâhu abû bakrin minal- 'itqi mâ awlâh. Tsummaaslama 'utsmânu wasa'dun wasa'îdun wa thalhatuwabnu 'awfin wabnu 'ammatihi shafiyyah. Wa ghay-ruhum mimman anhalahush-shiddîqu rahîqat-tash dîqi wasaqâh. Wa mâ zâlat 'ibâdatuhu shallallâhu'alayhi wa sallam wa ashhâbihi makhfiyyah. Hattaunzilat 'alayhi fashda' bimâ tu’maru fajahara bidu'â-il khalqi ilallâh. Walam yab'ud minhu qawmuhu hatta'âba âlihatahum wa amara birafdhi mâ siwal-wahdâniyyah. Fatajarra’û 'alâ mubârazatihi bil-'adâwati wa adzâh. Wasytaddal- balâ’u 'alal mus-limîna fahâjarû fî sanati khamsin ilan-nâhiyatin-najâ-syiyyah. Wa hadaba 'alayhi 'ammuhu abû thâlibinfahâbahu kullun minal qawmi wa tahâmâh. Wa fu-ridha 'alayhi qiyâmu ba'dhin minas-sâ'âtil-layliyyah.Tsumma nusikha biqawlihi ta'âlâ: faqra’û mâ tayas-sara minhu wa aqîmush-shalâta wa furidha 'alayhirak'atâni bil- ghadâti wa rak'atâni bil-'asyiyyah.Tsumma nusikha bi îjâbish-shalawâtil-khamsi fîlaylati masrâh. Wamâta abû thâlibin fî nishfi syaw-wâlin min 'âsyiril bi'tsati wa 'azhumat bimawtihir-raziyyah. Wa talat-hu khadîjatu ba'da tsalâtsatiayyâmin wa syaddal balâ-u 'alal-muslimîna watsîqa'urâh. Wa awqa'at quraysyun bihi shallallâhu 'alayhiwa sallama kulla adziyyah. Wa ammath-thâ’ifa yad'ûtsaqîfan falam yuhsinû bil-ijâbati qirâh. Fa aghrawbihis-sufahâ-a wal- 'abîda fasabbûhu bi alsinatinbadziyyah. Wa ramawhu bil-hijârati hattâ khudh-dhibat bid-dimâ’i na'lâh. Tsumma 'âda shallallâhu'alayhi wa sallama ilâ makkata hazînan fasa-alahumalakul jibâli fî ihlâki ahlihâ dzawil-'ushbiyyah. Faqâla innî arjû an yukhrijallâhu min ashlâbihimman yatawallâh.

      Berita Terkait :

Jangan Lewatkan