• Photo :
        • Ilustrasi Umar bin Khattab dan rakyatnya.,
        Ilustrasi Umar bin Khattab dan rakyatnya.

      Sahijab – Seorang pemimpin tentu harus tahu siapa yang dipimpinnya, keadaan mereka dan apa yang dibutuhkannya. Termasuk jika ada suatu musibah atau telah terjadi masa paceklik, di mana terjadi gagal panen atau musibah lainnya.

      Inilah kisah yang terjadi pada masa kekhalifahan Umar Bin Khattab, yang merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad yang memiliki sifat disiplin, tegas dan kuat. Namun saat ia menggantikan khalifah sebelummnya, Abu Bakr As Shddiq, ia belajar jika bukan hal yang mudah menjadi seorang pemimpin.

      Kisah Umar bin Khattab dan Wanita Tua

      Kisah ini sangat terkenal, bahkan pernah dibuat dalam sebuah film. Di mana saat ia memimpin, terjadi sebuah musim paceklik di mana sebagian besar hasil panen gagal dan rusak. Inilah yang banyak membuat rakyatnya harus menanggung kelaparan.

      Baca Juga: 4 Poin Penting Berdagang Ala Nabi Agar Menuai Untung Banyak

      Namun bukan Umar, jika ia tidak langsung datang menemui rakyatnya, meskipun mereka tidak mengenalnya secara langsung. Umar pun berkeliling kota, untuk mengetahui keadaan rakyatnya.

      Dan tibalah Umar bin Khattab datang ke satu rumah, ia berhenti dan mendengar tangisan anak kecil. Umar kemudian melihat sebuah tenda yang sangat kumuh, dan ia melihat seorang wanita tua yang sedang memasak.

      Wanita itu pun terlihat mengaduk-ngaduk panci. Setelah mengucapkan salam, Umar bertanya kepada wanita itu, "Siapa yang menangis di dalam?" Wanita itu menjawab, "Itu anakku."

      "Kenapa anakmu menangis?" tanya Umar.

      "Mereka lapar," jawab wanita itu.

      "Apa yang ada di panci itu," Umar kembali bertanya.

      "Air, aku berusaha menghibur mereka sampai mereka tidur. Allah yang akan mengadili Umar karena kesulitan kami ini," wanita itu menjawab.

      Mendengar percakapan tersebut, Aslam berusaha memberitahu wanita itu, jika yang ada di hadapannya adaah sang khalifah. Namun Umar mencegahnya, dan Umar tidak ingin wanita itu mengetahui identitasnya.

      "Semoga Allah menyayangimu," Umar kemudian berkata kepada wanita itu.

      "Bagaimana Umar bisa ahu tentangmu?" lanjur Umar.

      "Ia pemimpin kami, tetapi tidak memperhatikan kami," jawab wanita itu.

      "Kau akan baik-baik saja, saudariku. Tetaplah di sini sampai aku kembali membawa sesuatu untukmu," Umar pun menutup percakapannya.

      Umar dan Aslam kemudian bergegas ke kediamannya di Madinah. Kemudian membawa satu karung makanan. Aslam mencoba membantunya membawakan makanan tersebut.

      "Angkat ke punggungku," ucap Umar. "Biar aku yang membawanya," jawab Aslam.

      Umar kemudian menolaknya, dan ia berkata: "Apa kau mau membawa bebanku di hari kiamat nanti?" jawab Umar. Aslam pun diam dan membiarkan Umar membawa sendiri makanan tersebut kepada wanita itu dan anak-anaknya.

      Di tengah malam Umar membangunkan wanita itu dan kemudian memanggil anak-anaknya untuk segera makan.

      "Kemarilah, kemarilah anakku makan ini," ucap wanita itu.

      Dan Umar pun kemudian bergegas kembali ke kediamannya tanpa memberitahukan identitasnya sebagai khalifah kepada wanita itu.

      Baca Juga: Doa Khusus dari Nabi Muhammad SAW Berlindung dari Keburukan Penyakit

      Banyak sekali kisah-kisah Umar bin Khattab yang bisa dicontoh, terutama di masa-masa sulit. Bahkan ia pun pernah menolak kenaikan gaji, karena sebagai khalifah pakaiannya tidak pernah mewah bahkan saat harus menemui tamu negara kala itu.

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan