• Photo :
        • MRT Jakarta,
        MRT Jakarta

      Sahijab – Hari ini, Jakarta memulai kehidupan baru. Setelah berbulan-bulan melaksanakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), Jakarta mulai melonggar. 

      Aktivitas perkantoran kembali diizinkan, penggunaan transportasi publik juga mulai kembali dibuka. Secara bertahap, Jakarta menuju ke era new normal atau kenormalan baru. 

      Hari pertama kerja kantor dimulai atau perkantoran buka, tampak idak ada kepadatan lalu. Aktivis masyarakat di minggu pertama masa kelonggaran aktivitas menuju new normal atau Pembatasan Sosial Berskala Besar Jakarta (PSBB) transisi ini terlihat seperti tidak berubah. Aktivitas warga ini sudah tidak dibatasi, namun tetap diterapkan protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19

      Volume kepadatan penumpang pada transpostasi massal juga belum begitu terlihat. Di halte Transjakarta dan MRT bundaran HI, belum ditentukan kepadatan warga. Pantauan di lokasi halte Transjakarta dan stasiun MRT Bundaran HI pada Senin ini terlihat sepi penumpang. Hanya ada beberapa orang saja yang keluar dan masuk halte.

      Faisal Fikri (30), penumpang bus Transjakarta mengatakan, hari ini merupakan hari pertama kembali bekerja normal setelah sekian lama harus bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Faisal berharap, agar kebijakan baru ini tidak menimbulkan kasus-kasus baru Covid-19 di Jakarta.

      "Iya, ini hari pertama masuk kerja lagi setelah sekian lama WFH. Sebenarnya enggak takut sih, balik lagi ke kitanya mau patuhi semua protokol kesehatan atau enggak. Semoga Covid-19 cepat selesai deh dan enggak ada kasus-kasus baru karena rutinitas kerja kantoran mulai dilaksanakan ini," kata Faisal di sekitar Halte Transjakarta Bundaran HI, Senin 8 Juni 2020. 

      Ia membenarkan, pada hari pertama dibukanya kembali perkantoran di tengah pandemi Covid-19 memang belum terjadi kepadatan volume penumpang. Menurutnya, warga cenderung memilih kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor, atau bahkan sepeda sebagaimana anjuran dari Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

      "Kondisi di dalam ya masih sepi. Enggak terlalu banyak penumpang, mungkin pada pake mobil, motor atau ikut apa saran pak Anies," ujar Faisal. 

      Sementara itu, Dewi Andita (27) penumpang transportasi massal MRT yang mulai masuk kerja pada hari ini mengatakan, bahwa belum ada kepadatan penumpang pada moda transportasi massal yang ia gunakan ini. Ia menjalaskan, bahwa selain sepi, penjagaan di dalam MRT dan halte juga begitu ketat.

      "Di halte sekarang dijaga aparat TNI dan dibantu juga ama sekuritynya. Terus, pemeriksaan suhu tubuh juga sama, yakni semua petugasnya pakai pelindung diri kaya masker, sarung tangan, sama kaca gitu di bagian mukanya," kata Dewi di halte MRT Bundaran HI, Jakarta Pusat.

      Tidak hanya di stasiun dan halte yang masih sepi. Di sekitar bahu jalan halte Transjakarta dan stasiun MRT pun tidak terlihat adanya keramaian. Hanya terlihat beberapa pejalan kaki yang sedang melintas di lokasi. Juga, area perkantoran di lokasi terdekat terpantau sudah menerapkan seluruh protokoler kesehatan Covid-19 sesuai dengan arahan dari Pemerintah Pusat dan Daerah, yang mana sebelum masuk, setiap orang terlebih dulu diperiksa suhu tubuhnya. 

      Antrean panjang di stasiun

      Berbeda dengan kondisi di Jakarta yang masih terlihat lengang, di stasiun Citayam, kabupaten Bogor justru terlihat antrean panjang untuk memasuki stasiun.  Antrian panjang bahkan  sudah terjadi sejak pukul 05.00 WIB.

      Hingga pukul 08.50 WIB, antrean panjang masih terjadi. Para penumpang yang hendak masuk, diseleksi dan diatur dengan ketat. 

      Ada juga aparat kepolisian bersenjata lengkap, yang ikut mengatur antrian para penumpang. Situasi aman dan para penumpang taat pada aturan. Sayangnya, jarak aman dua meter tak bisa diberlakukan karena panjangnya antrean penumpang. 

      Sementara di peron stasiun, memang tidak banyak yang menunggu. Karena diatur hanya sekitar 60-65 orang saja yang bisa naik. 

      Beberapa calon penumpang yang umurnya di atas 60 tahun, langsung dilarang oleh aparat. "Bapak tidak boleh naik," kata seorang petugas, mengetahui umur sang bapak. Dia kemudian menghampiri seorang keluarganya, lalu terpaksa meninggalkan stasiun.
       

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan