• Photo :
        • Sekolah Islam Di Amerika Serikat,
        Sekolah Islam Di Amerika Serikat

      Dia ingat, beberapa tahun kemudian, kabar duka datang. Kakek yang sangat dicintainya meninggal dunia. Jamila mengaku bahwa saat itu, ia bahkan sempat merasa depresi. Dia menjadi bersikap masa bodoh terhadap lingkungan sekitar dan juga pada dirinya sendiri.

      Liburan musim panas dilaluinya dengan masih diliputi duka cita. Rasa tertekan yang tak kunjung pergi, membuatnya membenci diri sendiri. Dia bertanya-tanya, mengapa rasa sedih itu terasa seperti tidak bisa menghilang. Tiga bulan kemudian, ia kembali masuk sekolah.  

      “Saat itu, umurku 15 tahun. Ya, masa-masa itu sulit untuk dilalui, setidaknya secara emosional. Sebab, aku masih berduka dan juga berjuang untuk percaya diri. Sebagai gadis ketika itu, aku merasa tak memiliki tubuh ideal atau selalu merasa tidak cantik,” kata Jamila.

      Dia merasa bahwa apa pun pakaian yang dikenakannya dan betapa pun banyak olahraga yang dilakukannya, tak ada hasil signifikan yang tampak. Meski demikian, ia masih tetap mengikuti tren berbusana di Amerika, dengan mengenakan pakaian yang ketat dan terbuka.  

      Namun, jauh di dalam hatinya, Jamila merasa tidak nyaman. Ia lebih tertarik dengan konsep pakaian sopan yang dikenakan Muslim. Apalagi, di sekolah, dia memiliki beberapa teman yang beragama Islam. Seorang sahabatnya yang Muslim selalu mengenakan hijab. Pada masa itulah, Jamila mulai lebih serius dalam mengenal dan mempelajari Islam.  

      Sepanjang tahun terakhir di sekolah menengah, dia bahkan mulai suka membaca terjemahan Alquran. Tak hanya itu, gadis ini juga mengenal sedikit demi sedikit tata cara sholat. 

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan