• Photo :
        • Source : Republika,
        Source : Republika

      Lukisan itu ditujukan untuk umat Katolik, dan menggambarkan Paus dan Muhammad sebagai nabi palsu. Orang Turki sering digunakan secara sinonim dengan Muslim, karena buku doa Caspar Melissander dari 1609 berbunyi, "Ya Tuhan Yesus Kristus, jauhkan kami dari orang Turki, Tattar, Paus, dan semua sekte."

      Keputusan selama abad ke-17 akhirnya membuat praktik Islam menjadi sesuatu yang ilegal, serta dijadikan agama lain di luar Gereja Swedia. Apalagi pada tahun 1734, keanggotaan dalam Gereja Swedia ditetapkan sebagai prasyarat kewarganegaraan, dan siapa pun yang bukan Lutheran dapat dilarang masuk ke negara itu. 

      Selama abad ke-18, opini publik terhadap dunia Muslim meningkat dengan kontak terus-menerus dengan Kekaisaran Ottoman. Raja Karl XII membuat pengecualian terhadap undang-undang kewarganegaraan yang disebutkan di atas pada tahun 1718, yang mengizinkan migran Muslim dan Yahudi dari Kekaisaran Ottoman untuk menjalankan agama mereka.

      Namun, opini terhadap Islam dan Muslim sekali lagi merosot pada awal abad ke-20 dengan munculnya nasionalisme dan orientalisme di Swedia. Uskup Agung Nathan Söderblom, guru dan mentor dari beberapa cendekiawan Orientalis Swedia terkemuka, sangat kritis terhadap iman kaum Muslim tersebut. Sikap Söderblom sangat berdampak pada wacana akademis, mengingat hanya sedikit sarjana Swedia pada saat itu yang memiliki hubungan dengan Muslim. 

      Usai masa Perang Dunia Kedua, konsep multikulturalisme mendapat dukungan di kalangan publik Swedia dan pemerintah Swedia. Pada 1980-an, kehadiran Islam menjadi terlihat di masyarakat Swedia untuk pertama kalinya dan mendapat tanggapan yang beragam.

      Jonas Otterbeck, sejarawan agama Swedia, mengklaim bahwa sebagian besar sentimen anti-Muslim di negara itu berasal dari oposisi terhadap pakaian tradisional Islam seperti jilbab dan keyakinan bahwa Wahhabisme Saudi (sebuah gerakan yang sangat konservatif dalam Islam) adalah perwakilan dari seluruh agama. 

      Akibatnya, pada akhir 1980-an, kelompok xenofobia ekstremis mulai menargetkan Muslim sebagai masalah sosial yang parah. Bahkan kaum Muslim di sana dituduh sebagai biang penyebab resesi dalam ekonomi Swedia. 

      Berita Terkait :

      Disclaimer: Semua artikel di kanal Sindikasi ini berasal dari mitra-mitra Viva Networks. Isi berita dan foto pada artikel tersebut di luar tanggung jawab Viva Networks.

  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan